Minggu, 11 Desember 2016

GEOSENTRIS DAN HELIOSENTRIS

Bismillahirrohmanirrohim.. dengan mengucap alhamdulillah, akhirnya bisa ngisi blog ini. seperti hukum kehidupan, mulailah kehidupan dengan sesuatu yang bermanfaat agar kelak kamu juga memanen kebermanfaatan tersebut dengan lebih banyak lagi, maka setelah berpikir panjang x lebar maka di putuskan bahwa isi blog ini adalah tugas-tugas yang telah di buat saat kuliah disalah satu Perguruan Tinggi Negeri di Semarang.

bagi pembaca, semuga bermanfaat yaa :)
Nb : Bagi gambar yang tidak terlihat, teman-teman bisa mengunduh di google. tinggal masukan kata kucinya aja. karna tidak semua kita peroleh secara instan .. semuga berhasil <3



MAKALAH GEOSENTRIS DAN HELIOSENTRIS

PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
Astronomi merupakan sains kuno yang paling lama, paling banyak dikembangkan, dan paling dihargai. Banyak sains matematis pada awalnya dikembangkan untuk memfasilitasi riset astrorologi dan keterpesonaan dalam pada kekuatan dan misteri langit. Pertimbangan praktis, seperti menemukan arah seseorang dalam perjalanan malam atau memahami korelasi antara musim dan posisi planet, memberikan daya dorong tambahan bagi astronomi. Orang Babilonia, Yunani, dan India menemukan system rumit bagi kajian astronomi yang berjalan diluar pengamatan sederhana dan dikarakterisasikan dengan berbagai tingkat ketetapan dan ketepatan matematis. 
Namun demikian, sebelum islam, bangsa Arab tidak memiliki astronomi ilmiah. Pengetahuan mereka empirik, dan terbatas pada pembagian tahun dalam periode tertentu berdasar pada kemunculan dan tata letak bintang-bintang tertentu. Bidang ilmu astronomis ini dikenal sebagai anwa; hal ini terus manarik perhatian pada masa astronom Arab berikutnya setelah kemunculan islam, dan kajian tersebut menghasilkan banyak metode matematis yang digunakan oleh para astronom itu.
Ilmu Astronomi berkembang sesuai dengan perkembangan zaman, perkembangan ilmu atronomi yang begitu signifikan dirasakan oleh umat manusia sedunia, sebut saja orang barat menikmatinya dengan pengetahuan kompleks tentang benda langit, di samping itu mereka juga menikmati indah menjelajah luar angkasa terbang sesuka hati; lebih dari itu umat muslim juga memanfaatkan ilmu astronomi sebagai wasilah utuk menunaikan kewajiban mereka, dengan ilmu ini mereka dapat mengetahui arah kiblat di suatu tempat, kapan masuknya awal waktu shalat, awal bulan qamariah, dan gerhana.
Melihat begitu pentingnya ilmu ini, membuat perhatian banyak orang untuk mengkaji dan menelaah lebih jauh tentang perkembangan ilmu astronomi. Karena dengan mengkaji perkembangan ilmu astronomi ini kita akan mengenal siapa pencetus dan apa teorinya tentang astronomi, yang secara tidak langsung akan membuat kita termotivasi dengan para ilmuwan yang mengembangkan disiplin ilmu ini, bahkan ke depan nanti kita dapat memprediksikan bagaimana perkembangan dan pengaruh ilmu astronomi di masa mendatang.
Hal di atas inilah yang mungkin akan kita peroleh setelah mengkaji dan mempelajari tentang perkembangan ilmu astronomi dari zaman klasik hingga modern. Bertolak dari sin, saya selaku penulis akan mengupas lebih jauh tentang perkembangan ilmu ini dengan beberapa tahapan atau periode yang mencakup pencetus dan pemikirannya (teori); para pendukung-pendukungnya serta kontribusi mereka untuk khalayak banyak.
Dalam mengungkap kebenaran pergerakan benda langit, manusia mempunyai beberapa tahapan dalam memahaminya. Berawal dari masa geosentris yang begitu lugunya menganggap bahwa pusat tata surya adalah diri kita sendiri, teori ini adalah awal manusia mengamati alam (kosmos), jadi tak heran apabila teori ini masih mengedepankan panca indra belaka. Selanjutnya Aristoteles dan kawan-kawan muncul dengan teroi barunya, yaitu teori geosentris, yang menyatakan bahwa bumi adalah pusat tata surya, jadi semua benda-benda langit, baik itu matahari, bulan, bintang, maupun planet-planet lainnya terpusat pada bumi. Meskipun teori ini sedikit masuk akal, tapi teori ini masih menjanggal di hati ilmuwan-ilmuwan astronomi pada masa selanjutnya.
Kedua teori diatas sangat berperan penting dalam penemuan teori selanjutnya, yakni Heliosentris. Teori inilah yang selanjutnya dianggap paling benar diantara teori-teori yang sebelumnya. Lalu apakah yang dimaksud dengan Teori Heliosentris? Bagaimana awal mulanya? Dan bagaimana isi hukumnya?

B.     RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka makalah  yang akan dibahas dalam makalah ini adalah:
1.      Bagaimana awal mula adanya Teori Geosentris dan tokohnya?
2.      Apa penyebab tumbangnya Teori Geosentris?
3.      Bagaimana awal mula adanya Teori Heliosentris dan tokohnya?
4.      Apa perbedaan dan persamaan teori geosentris dan heliosentris?

C.     TUJUAN
Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan yang ingin dicapai penulis dalam makalah ini adalah :
1.      Untuk mengetahui awal mula adanya teori geosentris dan tokohnya.
2.      Untuk mengetahui penyebab tumbangnya Teori Geosentris.
3.      Untuk mengetahui awal mula adanya teori heliosentris dan tokohnya.
4.       Untuk mengetahui perbedaan dan persamaan teori geosentris dan heliosentris
PEMBAHASAN
A.    TEORI GEOSENTRIS
1.      AWAL MULA TEORI GEOSENTRIS
Pandangan geosentris memandang bahwa bumi adalah pusat dari alam semesta atau tata surya. Pandangan ini berkembang pada sekitar 600 tahun sebelum masehi. Geosentris diyakini oleh beberapa filsuf seperti Amaximandaros, Aristoteles, Hipparchus dan puncaknya yaitu Ptolomeus yang membuat peta benda langit dalam buku Almagest. Ia berpandangan bahwa bumi adalah diam dan benda langit lain bergerak mengitari bumi berdasarkan pengamatan matahari yang terbit dari timur dan tenggelam di barat. Paham tersebut disetujui oleh beberapa kalangan pada masa itu.
Perkembangan teori geosentris berawal dari pemikiran tentang gerak benda langit sudah dilakukan ratusan tahun sebelum masehi. Prosesnya dimulai sejak Anaximander (611-546 SM) membuat model geosentris pertama dengan mengungkapkan bahwa Bumi datar, tidak bergerak, dan dikelilingi oleh Matahari, Bulan, dan bintang-bintang yang terletak pada kulit-kulit bola. Kemudian Phytagoras (569-475 SM), yang mengajarkan bahwa bola adalah bentuk geometri yang paling sempurna, membuat perubahan pada model sebelumnya dengan mengatakan bahwa bentuk Bumi adalah bulat. Tambahan mendetil juga diberikan oleh Eudoxus (408 SM) tentang gerak benda langit yang melingkar.
Pada umumnya bangsa Yunani dan orang-orang yang hidup pada abad pertengahan memiliki pegangan yang kuat sebagai pandangan mereka tentang alam semesta,  yaitu teori geosentris (Bumi sebagai pusat). Menurut teori ini, Bumi sebagai pusat alam semesta berada dalam keadaan diam dan planet-planet, Matahari, serta benda-benda langit lainnya bergerak mengitarinya. Embrio teori Geosentris dimulai sejak zaman Aristoteles (384-322) yang menyatakan bahwa bumi itu bulat, dengan menunjukkan argument ketika terjadi proses gerhana terdapat baying-bayang lengkung pada bulan yang disebabkan oleh posisi bumi. Ia juga berpendapat bahwa pusat jagat raya adalah bumi. Sehingga semua benda-benda langit bergerak mengitari bumi. 

Sekitar tahun 150 M, di Alexandria hiduplah seorang astronom Mesir bernama Ptolomeus. Ia merupakan peneliti ahli dan menjadi popular karena ensiklopedia yang disusunnya, yang berisi semua pengetahuan sains dari dunia kuno. Kita mengenalnya dengan almagest. Selain memberikan satu-satunya catatan catalog bintang Hipparchus, buku ini juga menimpulkan pandangan klasik bumi sebagai pusat alam semesta. Konsep ini dikenal dengan konsep alam semesta Ptolomeus. 
Dalam teori Ptolemaic, Bumi berada pada pusat alam semesta (universe). Bulan berputar mengelilingi Bumi dengan orbit yang paling dekat, sementara bintang-bintang terletak dalam bulatan angkasa (celestial sphere) yang besar dan berputar dalam orbit yang paling jauh. Di antara orbit Bulan dan Bintang-Bintang terletak orbit Matahari. Planet-planet (dalam bahasa Yunani berarti pengembara) yang memiliki gerak relatif terhadap Bintang digambarkan dengan nama-nama kunonya. Planet-Planet ini bergerak mengelilingi Bumi pada masing-masing orbitnya sendiri. Orbit Planet Venus dan Merkurius berada diantara orbit Bulan dan Matahari, sedangkan orbit Plabet-Planet yang lain seperti Mars, Jupiter, dan Saturnus  terletak diantara orbit Matahari dan Bintang-Bintang
Sejarah sosial teori geosentris yang menyangkut dinamikanya di tengah-tengah dominasi gereja pada kurun abad 3-16, yang mampu menghasilkan tipologi tersebut sehingga dapat diterima pada ranah pmahaman manusia mengenai konsep alam semesta. Dilihat dari suasana pada kuru waktu tersebut, keberadaan dewan gereja memiliki otoritas penuh dalam menentukan segala kebijakan, apalagi yang berkaitan dengan deologi. Pada abad pertengahan sekitar abad 12 s/d 15 orang-orang eropa barat sangat mendukung Aristoteles. Sehingga Aristoteles dianggap mutlak benar. 
Lalu muncul pertanyaan Aristoteles yang menyatakan pusat alam semesta. Pendapat Aristoteles ini berdasarkan keterangan ayat Yoshua 10:12a-13, yaitu “matahari, berhentilah di atas gabeon dan engkau, bulan di atas lemabh Ayalon!”. Maka berhentilah matahari dan bulan itu bergerak, oleh dewan gereja pernyataan ini didukung sepenuhnya karena sesuai dengan apa yang tertera dalam Yosua, dan dijadikan pegangan oleh rakyat awam pada umumnya. Sehingga teori Geosentris dianggap mutlak benar pada saat itu. 
Bangsa Eropa barat pada abad XIII M, tengah dilanda tumbuhnya isme-isme baru seperti humanisme, rasionalisme, renaisainsme sebagai reaksi adri filsafat skolastik di masa itu, dimana orang dilarang menggunakan rasio atau faham yang kontaradiktif dengan pemahaman gereja.
Pemikiran yang dianggap melanggar agama oleh gereja, memungkinkan si penggagas dapat dihukum denagn dsiksa bahkan dihukum mati. Seperti yang dialami oleh Giardono Bruno (1548-1600), salah seorang pendukung idea lam semesta Nicolas Copernicus dengan Teori Heliosentris. Ia ditangkap dan disiksa oleh deawan Inquisasi Gereja, dan akhirnya dihukum mati di tiang pembakaran di Roma pada bulan februari 1600. sehingga teori Geosentris ini terus berkembang dan mengakar sebelum akhirnya dipatahkan oleh teori Heliosentris.

2.      TOKOH PENDUKUNG TEORI GEOSENTRIS
1)      Aristoteles (384-322 SM)
Description: F:\SMT 6\Astronomi\AWAL\tokoh\Aristoteles.jpgSeorang ahli filsafat terbesar sepanjang masa. Dikenal dengan bapak peradaban baru, bapak ensiklopedi, bapak ilmu pengetahuan, dan berbagi julukan lain yang disematkan kepadanya. Tokoh ilmu logika, biologo, fisiks, matematika, botani, kimia, anatomi, zoology. Dia juga seorang pengarag produktif yang telah mengarang lebih Dari 50 buku., disertai dengan uraian-uraian yang sisematis.

2)      Claudius Ptolomeus (140 SM)

Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhaBVuQAw5dYU9LUF06PaJmvnE1AxGGkl1LMyD5NJD4wlz_9nM77saqlWGBXxbWAB1P0r9-wCyhU9i0XMZ5voH0dzfKNSzbonER8Jz3JnXJZQiuRSSMC6o6o7nlAaLwPDcOVyXRp9pTEKg/s320/250px-Ptolemaeus.jpgSeorang ahli Geografi dan astrologi. Pendukung teori yang dikemukakan oleh aristoteles, kemudian menyempurnakan dan mempopulerkannya hingga namanya lebih dikenal di dunia. Dia juga seorang pengarang beberapa risalah astronomi , dimana risalah-risalah yang dikarangnya tersebut banyak diadopsi oleh ilmuwan-ilmuwan setelahnya. Karya-karyanya adalah: syntasis, Geografia, Tetrabiblos.

3)      Hipparchus (150 SM) 

Description: F:\SMT 6\Astronomi\AWAL\tokoh\hipparchus.gifSeorang berkebangsaan Yunani yang juga hali dalam bidang asronomi, dia termasuk salah satu pendukung teori Geosentris. Karya-karya yang ia temukan adalah menyusun gambaran baku alam semesta dan menyusun katalog bintang-bintang yang ditulis dalam bukunya yang berjudul “introduction to astronomy”

4)      Abu Ja’far Muhammad bin Musa al-Khawarizmi (780-875 M) 
Description: F:\SMT 6\Astronomi\AWAL\tokoh\al khawarizmi.jpg
Ia sangat disegani oleh dunia, karena pengetahuan dan kemahirannya bukan saja di bidang syariat tapi juga ahli dalam bidang filsafat, logik, aritmetik, geometri, musik, sastra, sejarah islam dan kimia. Kontribusi beliau dalam ilmu pengetahuan antara lain: menemukan angka 0 (nol) dalam system perhitungan, menyusun table geometri, menemukan teori kemiringan ekliptika, merevisi data astronomi dalam kitab sindihid, menciptakan pemakaian sinus, cosinus, dan tangent dalam penyelidikan trigonometri dan astronomi dan penyelesaian persamaan, teorema segitiga, sama sisi juga segitiga sama kaki dan memperkirakan luas segitiga, segi empat dan bulatan dalam geometria, memperkenalkan aljabar dan hisab. Karya beliau adalah kitab al-mukhtasar fi hisab al-jabr wa al-muqabalah.

5)      Description: F:\SMT 6\Astronomi\AWAL\tokoh\Al-Tusi_Nasir.jpegNasiruddin Muhammad al-Thusi (598-673 H/ 1201-1274 M)
Al-Thusi juga ahli dalam bidang astronomi, teologi, etika, dan filsafat masih dipelajari hingga kini sbagaimana juga terhadap karya-karya Ibn Sina, sehingga banyak yang menjulukinya Ibn Sina kedua. 
Di antara karya-karyanya adalah Meneliti lintasan, ukuran, jarak planet merkurius; meneliti terbit dan terbenam matahari; menemukan ukuran dan jarak matahari dengan bulan; meneliti kenaiakan bintang-bintang; menemukan teori gerak planet. ia juga menulis buku: Jadwal al-Kaniyan, Zubdah al-hai’ah.

6)       Ibnu Jabr al-Battani (858-929 M) 

Description: F:\SMT 6\Astronomi\AWAL\tokoh\085949_albattani2-300x300.jpgSalah seorang ahli astronomi dan matematika yang bergitu dikenal luas di dunia ilmu pengetahuan. Kontribusinya dalam di bidang ilmu pengetahuan adalah menciptakan teropong bintang; menemukan teori mengenai garis lengkung bulan dan matahari yang diaplikasikan dalam menentukan gerak akselerasi bulan; menemukan bahwa kemiringan ekliptik, panjangnya musim, dan orbit matahari; menemukan orbit bulan dan planet; menetapkan teori baru untuk menentukan sebuah kondisi kemungkinan terlihatnya bulan baru; menemukan perhitungan secara akurat revolusi bumi terhadap matahari. Adapun buku-buku yang ia tulis antara lain: Tabriel al-Maghesti; Tahmid al-Mustofa li Ma’na al-Manar.
7)      Al-Farghany 

Description: F:\SMT 6\Astronomi\AWAL\tokoh\Al-Farghani.jpgSalah satu ilmuwan muslim yang berhasil menorehkan prestasi dalam dunia astronomi adalah Abul-Abbas Ahmad ibn Muhammad ibn Kathir al-Farghani. Ia adalah salah satu astrono yang hidup pada masa pemerintahan khalifah Al-Makmun pada abad IX dan menjadi orang kepercayaan.
Kontribusinya dalam ilmu pengetahuan antara lain: menemukan jarak dan diameter planet-planet lainnya; menentukan besarnya diameter bumi yang mencapai 6.500 mil; mampu meneropong bintang-bintang.


3.      PENYEBAB TUMBANGNYA TEORI GEOSETRIS
                   Teori yang menempatkan bumi sebagai tata surya (geosentris) ternyata membuat beberapa ilmuwan merasakan keraguan. Teori yang telah berlangsung selama lebih dari 14 abad ini gugur karena gagal menjelaskan fenomena retrogresi (gerak balik) periodik dari planet-planet yang teramati. Selama tujuh ratus tahun sejak dicetuskan Ptolemy di abad kedua masehi, tidak ada yang meragukan teori geosentris. Selama bertahun-tahun, Ptolemy mengamati posisi benda-benda langit dan mencatatnya dalam sebuah buku, almagest. Dari data ini Ptolemy merumuskan model alam semesta. Ia ingin menjelaskan bagaimana benda-benda langit itu bergerak.
                 Ptolemy percaya bahwa bulan, matahari, planet dan bintang-bintang berada dalam bola kaca yang berlapis-lapis dan berputar mengelilingi bumi. Bulan ada di lapisan terdalam, dan bintang-bintang ada di lapisan terluar. Jadi bumi berada di pusat alam semesta
                  Jika orbit benda langit berbentuk lingkaran, tentu kecepatan gerak mereka di langit selalu konstan. Namun kenyataannya tidak demikian. Planet kadang bergerak cepat, kadang melambat. Arah gerak planet juga tidak selamanya tetap tapi kadang berlawanan arah membentuk simpul. Bahkan pada hari-hari tertentu, planet tampak membesar dan mengecil. Seolah planet-planet itu mendekat dan menjauhi bumi. Untuk menjelaskan ini, Ptolemy berargumen bahwa selain mengelilingi bumi, planet juga mengelilingi lingkaran yang lebih kecil yang disebut dengan epicycle. Namun tetap saja, model ini tidak bisa menjelaskan kecepatan gerak planet yang berubah-ubah. Ptolemy kemudian memperoleh solusi matematis dan menggeser posisi bumi. Bumi tidak lagi ditempatkan di pusat alam semesta, digantikan oleh sebuah titik khayal yang disebut dengan equant. Akan tetapi, anggapan ini justru tidak sesuai dengan hasil pengamatan. Alasan inilah yang membuat teori geosentris menjadi runtuh dan digantikan oleh teori yang baru. Teori baru tersebut adalah teori heliosentris.
Description: http://blogs.itb.ac.id/evan/files/2011/07/9935_1156643353045_1136554786_30421619_5594063_n.jpg
Dilihat dari bumi, garis edar planet tampak berbalik dan membentuk simpul (gerak retrograde planet)
Description: http://blogs.itb.ac.id/evan/files/2011/07/9935_1156644273068_1136554786_30421625_3351567_n.jpg
Untuk menjelaskan gerak retrograde, Ptolemy mengusulkan lingkaran epicycle.
Description: http://blogs.itb.ac.id/evan/files/2011/07/9935_1156644433072_1136554786_30421626_8172580_n.jpg
Lebih jauh, Ptolemy memindahkan bumi dari pusat semesta dan menggantikannya dengan equant.
B.     TEORI HELIOSENTRIS
1.      PENGERTIAN HELIOSENTRIS
Dalam astronomi, Heliosentrisme adalah teori yang berbunyi bahwa Matahari menjadi pusat alam semesta. Kata tersebut berasal dari bahasa yunani, yaitu (Helios = Matahari, dan Kentron = Pusat). secara historis, Heliosentrisme bertentangan dengan Geosentrisme, yang menempatkan bumi sebagai pusat alam semesta. Pandangan mengenai kemungkinan Heliosentrisme ini terjadi sejak zaman klasik kuno. Tapi abad ke-14 baru dapat ditemukan suatu model matematis yang dapat meramalkan secara lengkap sistem Heliosentris. yang hal tersebut dikemukakan oleh Nicolas Copernicus,  jadi bisa disimpulkan bahwa teori Heliosentris ini berawal pada masa peradaban eropa.
Teori Copernicus ini telah menggoncangkan dunia pada zamannya. Sebab suatu penemuan yang sama sekali bertolak belakang dengan teori-teori sebelumnya, yang telah diyakini orang sepanjang 14 abad lamanya.
Pihak-pihak yang jelas menentang teori ini, adalah dari golongan para ahli ilmu pengetahuan, pengelola gereja-gereja dan tokoh-tokoh agama Nasrani. Teori Heliocentris ini kemudian didukung dan diikuti oleh ahli-ahli astronomi lainnya, antara lain Galileo Galilei dan Sir Isaac Newton. Teori ini memang masih banyak mengandung kelamahan-kelemahan, tetapi satu hal yang tak dapat diingkari, bahwa sampai sekarang prinsip tentang pusat dari Tatasurya kita ini khususnya, bukanlah bumi yang menjadi pusatnya, tetapi matahari. Selain itu, teori ini juga mengajarkan, bahwa bumi ini bergerak mengitari matahari, suatu teori yang sampai sekarang tetap diakui kebenarannya.

2.      AWAL MULA TEORI HELIOSENTRIS
                 Pengamatan tentang fenomena langit telah dilakukan sejak zaman kuno oleh orang-orang Cina, Mesopotamia, dan Mesir. Akan tetapi pengetahuan mengenai fenomena langit dijadikan sebuah ilmu baru terwujud dan berkembang pada zaman Yunani sekitar abad VI dengan nama ilmu astronomi.
Babak astronomi Yunani dimulai oleh Thales pada abad VI SM yang berpendapat bahwa bumi berbentuk datar. Walaupun pada abad yang sama ada seorang ilmuwan yang mengetahui bahwa bumi berbentuk bulat (phytagoras). Akan tetapi terobosan terpenting pertama dalam astronomi dilakukan oleh Aristoteles dua abad kemudian. Dia mengekemukakan bahwa bumi berbentuk bulat bundar dengan didukung sejumlah bukti ilmiah. Ia juga berpendapat bahwa pusat jagat raya ini adalah bumi, sementara bumi selalu dalam keadaan tenang, tidak bergerak, dan tidak berputar. Pandangan ini disebut dengan teori geosentris.
Terobosan kedua hamper dilakukan oleh Aristarcus pada abad III SM jika dia mempunyai cukup banyak pendukung. Aristarcus tidak hanya berpendapat bahwa bumi bukanlah pusat alam semesta (geosentris). Akan tetapi dia juga menyatakan bahwa bumi berputar dan beredar mengelilingin matahari yang merupakan pusat gerak langit (heliosentris). Inilah wal munculnya teori heliosentris. Sehingga orang pertama kali mengekemukakak teori heliosentris sebenarnya adalah Aristarcus. Namun teori ini tidak mendapat posisi keilmuwan pada zaman itu yang disebabkan oleh kurangnya pendukung.
Zaman astronomi klasik Yunani ditutup oleh Hipparchus pada abad I SM yang menyatakan bahwa bumi itu diam. Sedangkan matahari, bulan, serta planet-planet mengelilingi bumi (geosentris). System geosentris ini disampaikan oleh plotomeus pada abad II M yang lebih dikenal dengan system ptolomeus. Dengan berbekal pengalaman dan pengetahuan, dia menyusun buku besar tentang ilmu bintang-bintang yang berjudul syntatis. Pandangan ptolomeus (geosentris) berlaku selama lebih dari tiga belas abad.
Teori Heliosentris muncul tepatnya pada abad ke 14 M. dikemukakan oleh seorang yang berkebangsaan polandia yang bernama Nicolas Copernicus. Namun sebenarnya awal mula teori ini muncul adalah berasal dari pendapat yang dikemukakan Aristarchus (310-320 SM) yang mengungkapkan bahwa pusat tata surya adalah matahari, jadi sebenarnya teori pada masa Copernicus ini bukanlah hal yang baru, namun jauh sebelum itu, Aristarchus telah meletakkan dasar bagi teori tersebut, namun Aristarchus tak pernah merumuskan teori yang cukup terperinci sehingga kurang bermanfaat bagi kacamata ilmiah, dan kurang bisa dimengerti pada zaman itu, karena memang tidak sesuai dengan penginderaan manusia. Jadi pada zaman Aristarchus ini teori yang dikemukakannya tidak diperhatikan oleh para ilmuwan pada zamannya, para ilmuwan lebih mengarah kepada teori geosentris.
Kemudian pada abad ke 14 teori dari Aristarchus tersebut diulas ulang oleh Copernicus, Copernicus mengkaji lebih dalam lagi mengenai keadaan tata surya, dengan cara menghitung sudut bulan-bumi-matahari, menghitung perbandingan sudut bumi-matahari dan bumi-bulan, sehingga Copernicus mendapatkan kesimpulan bahwa bumi bergerak mengelilingi matahari dalam lintasan yang berbentuk lingkaran. Copernicus pun terus meneliti lebih dalam selama bertahun-tahun tentang hal tersebut, dengan perhitungan cermat, dan dengan susah payah akhirnya Copernicus ini berhasil menyusun sebuah buku yang di dalamnya terdapat prinsip-prinsip pokok tentang teorinya, Yaitu “De Revolurionibus Orbium Coelestium”.
Selanjutnya Copernicus mencoba untuk membuktikan teorinya tersebut dengan pengamatan yang sederhana, hanya dengan mengamati pergerakan-pergerakan matahari, planet-planet dan bintang, itupun hanya dengan menggunakan teropong sederhana yang beliau buat sendiri. Dengan cara seperti itu teori Heliosentrispun masih kurang sempurna, namun Copernicus inilah yang menetapkan langkah awal munculnya teori helisentris ini. Yang selanjutnya teori Heliosentris ini diperkuat oleh ilmuwan-ilmuwan lain, yakni Galileo Galilei, Sir Isaac Newton, dan semakin sempurna dengan Teori Kepler oleh Johannes Kepler.
Teori heliosentris muncul dengan berbagai macam tantangan. Sampai-sampai Copernicus dianggap murtad oleh pemuka-pemuka gereja dan dianggap tidak waras oleh banyak kalangan ilmuwan karena telah melanggar dogma gereja dan dogma ilmu pengetahuan. Copernicus mengumumkan makalahnya tentang bumi mengelilingi matahari itu pada tahun 1543 M. Sehingga jelaslah apabila kita membaca kronologi sejarahnya, dapat disimpulkan bahwa teori heliosentris ini disebut juga dengan Sistem Kopernikus, system yang menempatkan matahari sebagai pusat Tata Surya. Sistem ini dalam bahasa inggris disebut Heliosentric, dan dalam bahasa arab disebut Mukhtash bimarkaz Asy-Syams. Dalam pandangan heliosentris, ada 6 planet yang mengelilingi matahari, yaitu Merkurius, Venus, Bumi, Mars, Yupiter, dan Saturnus.

3.      TOKOH PENDUKUNG HELIOSENTRIS
1)      Aristarcus (abad III SM)
Description: F:\SMT 6\Astronomi\AWAL\tokoh\Aristarchus.jpg
Aristarcus merupakan seorang ahli astronomi klasik Yunani pertama yang tidak setuju dengan pendapat Aristoteles tentang teori geosentrisnya pada abad III SM. Ia berpendapat bahwa bumi bukanlah pusat alam semesta (Geosentris), akan tetapi, bumi itu berputar dan beredar mengelilingi langit. Namun, pendapatnya ini ditentang oleh Aristoteles dan Ptolomeus yang mengusulkan hipotesis geosentris.
Karena banyaknya penentangan dan penolakan dari berbagai pihak, maka Aristarchus menolak pendapatnya sendiri dan kembali menganut teori geosentris.




2)      Nicolas Copernicus (1473-1543)
Description: F:\SMT 6\Astronomi\AWAL\tokoh\Copernicus.jpg
Nicolas Copernicus adalah ahli astronomi amatir dari polandia yang menentang pandangan Geosentris dari Ptolomeus. Ia mengekemukakan dalam bukunya “Revolutionibus Orbium Calestium” bahwa matahari merupakan pusat dari suatu system peredaran benda-benda langit, yang dikenal dengan Heliosentris yakni senagi pusat peredaran bumi dan benda-benda langit lain yang menjadi anggotanya. 
Selanjutnya dikemukakan pula bahwa bumi berputar pada sumbunya (rotasi) Sekali dalam satu hari dan bulan pun bergerak mengitari bumi dalam 27 1/3 hari untuk sekali putaran. Sejak Copernicus mengumumkan pandangan heliosentrisnya, maka dalam dunia astronomi sampai abad 18 M ada dua aliran yaitu aliran Ptolomeus dan aliran Copernicus.
Pada teori ini, matahari dianggap berada pada pusat alam semesta, bintang-bintang terletak pada bulatan angkasa dan berputar mengelilingi Matahari. Diantara bintang-bintang dan matahari terdapat planet-planet termasuk bumi yang berputar mengelilingi matahari dalam masing-masing orbitnya dengan lintasan orbit berbentuk lingkaran.  Gerak mundur semu dalam peredaran planet-planet yang sulit dijelaskan oleh model geosentris, dapat dijelaskan dengan mudah dalam model heliosentris. Caranya dengan menggunakan konsep gerak relatif antara bumi dan planet-planet lain yang bergerak disekitar matahari dengan kecepatan sudut putar yang berbeda-beda.
Kelemahan yang dimiliki oleh teori Copernicus ini adalah adanya fakta bahwa bintang-bintang tidak berputar mengelilingi matahari, dan kedua lintasan orbit planet-planet bergerak mengelilingi matahari bukan berupa lingkaran (sirkular). Kesimpulan bahwa lintasan planet-planet bukan lingkaran diambil karena berdasarkan pengamatan ternyata jarak suatu planet ke matahari selama periode revolusinya tidaklah tetap, melainkan berubah-ubah, Hal ini tidak akan terjadi jika lintasan edar planet mengitari matahari berupa lingkaran (Tjasyono, 2006).
3)      Galileo Galilei (1564-1642)

Description: F:\SMT 6\Astronomi\AWAL\tokoh\Justus_Sustermans_-_Portrait_of_Galileo_Galilei,_1636.jpgSetelah Galileo membaca karya Copernicus tentang gerak benda-benda langit, kemudian ia menyusun teori kinematika tentang benda-benda langit yang sejalan dengan Copernicus. 
Di samping itu ia berhasil membuat teleskop yang dapat dengan mudah dan jelas melihat relief permukaan bulan, noda-noda matahari, planet saturnus dengan cincinnya yang indah, planet Yupiter dengan empat buah satelitnya, dan sebagainya. Karya Galileo tentang peredaran benda-benda langit seperti itu dinyatakan terlarang untuk dibaca umum, karena bertentangan dengan pandangan dan kepercayaan kaum gereja.
                        Ia menemukan beberapa fakta seperti: (1) permukaan bulan ternyata tidak mulus dan bulat sempurna; (2) ada 4 planet kecil (bulan), mengitari Jupiter. Bukti telak bahwa tidak semua benda langit mengitari bumi; (3) fasa-fasa Venus sama seperti fasa Bulan. Hal ini bisa terjadi hanya pada sistem helosentris; (4) bintang yang diamati, ternyata bintang itu tidak lebih besar melainkan berupa titik kecil yang menunjukan bintang berjarak jauh sekali dari bumi. Hasil pengamatan ini cendrung menyingkirkan manusia dari pusat alam-semesta.
Karya Galileo tentang peredaran benda-benda langit seperti itu dinyatakan terlarang untuk dibaca umum, karena bertentangan dengan pandangan dan kepercayaan kaum gereja.

4)      Johannes Kepler (1571-1630)
Description: F:\SMT 6\Astronomi\AWAL\tokoh\Johannes_Kepler_1610.jpg
Kepler adalah seorang yang berkebangsaan Jerman, dengan tidak kenal lelah ia selalu mengadakan penelitian benda-benda langit. Ia memperluas dan menyempurnakan ajaran Copernicus. Teori-teori yang ia kemukakan dilandasi matematika yang kuat, ia menjadi landasan dalam ilmu astronomi.
Tiga hokum itu adalah:
·         Lintasan planet menyerupai ellips dengan matahari pada salah satu titik apinya.
·         Garis hubung planet matahari akan menyapu daerah yang sama luasnya dalam selang waktu yang sama panjangnya.
·         Pangkat dua kala edar planet sebanding dengan pangkat tiga jarak planet ke matahari.

5)      Tycho Brahe (1546-1601)
Description: F:\SMT 6\Astronomi\AWAL\tokoh\Tycho_Brahe.JPG
Tycho Brahe ahli astronomi berkebangsaan Denmark, banyak merancang dan membangun alat-alat astronomi yang besar yang belum pernah dibangun orang sebelumnya. Pada tahun 1576 ia membangun sebuah observatorium dan bekerja di dalamnya selama 21 tahun, banyak data penting tentang alam semesta yang dicatatnya ternyata sangat berfaedah untuk ilmu astronomi pada masa kemudian. Konsep Tycho Brahe sebetulnya berusaha menggabungkan system Plotomeus dan Copernicus dengan pusat jagat raya tetap di bumi. 

6)      Sir Isac Newton (1643-1722)
Description: F:\SMT 6\Astronomi\AWAL\tokoh\GodfreyKneller-IsaacNewton-1689.jpg
Ia adalah fisikawan, matematikawan, ahli astronomi dan juga ahli kimia yang berasal dari inggris. Ia merupakan pengikut aliran heliosentris dan ilmuwan yang sangat berpengaruh sepanjang sejarah. Bahkan dikatakan sebagai Bapak ilmu Fisika Modern. Dengan hasil karya ilmiah yang dicapainya, Newton berhasil menulis sebuah buku yang berjudul “Philosophiae Naturalis Pricipia Mathematika”.
Kontribusi terbesarnya bagi astronomi adalah hokum grvitasi yang membuktikan bahwa gaya antara dua benda sebanding dengan massa masing-masing objek dan berbanding tebalik dengan kuadrat jarak antara kedua benda. Hokum gravitasi Newton memberi penjelasan fisis bagi hokum kepler yang dikemukakan sebelumnya berdasarkan hasil pengamatan, hasil pekerjaannya dipublikasikan dalam Principia yang ia tulis selama 15 tahun.
Teori Newton menjadi dasar bagi berbagai teori pembentukan tata surya yang lahir kemudian, yang pasti, bumi mengelilingi matahari bukan sekedar teori asal jadi, tetapi konsekuensi hokum gravitasi.

4.      BUKTI KEBENARAN TEORI HELIOSENTRIS
Untuk membuktikan kebenaran teori heliosentris digunakan dengan cara analysis data terhadap data-data keberadaan benda langit dan fenomena-fenomena alam yang terjadi dan teramati di bumi. Analsis data yang dimaksud adalah dengan cara menurunkan persamaan-persamaan matematis seperti yang dilakukan oleh Johannes Kepler sedangkan pengamatan terhadap fenomena alam diantaranya adalah tentang aberasi bintang yaitu bergesernya posisi bintang yang selalu berubah dan tidak hanya berada pada satu titik jika diamati dalam waktu berbeda tampak seolah bimtang yang bergerak, padahal sebenarnya bumi lah yang bergerak, hal ini diperoleh dari sudut yang dibentuk dalam pengamatan. Hukum Pertama Kepler menyebutkan bahwa semua planet mengelilingi Matahari dengan bentuk orbit elips, bukan lingkaran, dan Matahari terletak bukan di tengah elips melainkan di titik fokusnya. Kemudian Hukum Kedua Kepler menyebutkan bahwa laju orbit planet berubah-ubah, lambat jika jauh dari Matahari (di titik aphelion) dan cepet jika dekat dari Matahari (di titik perihelion). Dengan dua hukum awal ini maka episiklis dan deferen sudah tidak diperlukan lagi. Model heliosentris pun berubah menjadi jauh lebih sederhana.
Di saat yang hampir bersamaan, Galileo (1564-1642 M) mengarahkan teleskopnya ke langit dan melakukan beberapa pengamatan yang hasilnya mendukung model heliosentris. Pertama, ia menyaksikan perubahan fase Venus dari waktu ke waktu, seperti halnya Bulan. Galileo mengetahui bahwa penyebabnya adalah perubahan posisi Venus ketika mengelilingi Matahari dan hal ini tidak akan terjadi pada model geosentris. Lalu pengamatannya pada Jupiter menunjukkan bahwa ada 4 buah benda yang selalu berada di sekitar Jupiter sepanjang waktu. Menurut Galileo, keempatnya adalah satelit Jupiter dan hubungannya dengan Jupiter sama seperti hubungan Bumi dan Bulan. Pemahaman ini memberikan perubahan pemikiran tentang hubungan Bumi-Bulan dalam model heliosentris. Dahulu orang berpikir bahwa jika Bumi mengelilingi Matahari, maka Bulan (yang mengelilingi Bumi) akan tertinggal. Namun fakta bahwa Jupiter tidak meninggalkan 4 satelitnya (kini disebut dengan satelit Galilean) menunjukkan bahwa Bulan juga tidak akan tertinggal dari Bumi walaupun Bumi bergerak mengelilingi Matahari.
Pengamatan Galileo pada Bulan dan Matahari juga memberikan pengaruh besar di jaman itu. Bulan diketahui memiliki permukaan yang tidak rata sedangkan Matahari diketahui memiliki bintik gelap (sunspot) yang bergerak di permukaan Matahari seiring dengan rotasi Matahari. Kedua fakta tersebut menyanggah filosofi bahwa semua benda langit adalah benda yang sempurna, tanpa kecacatan.
Ilmu baru ini bukannya diterima oleh masyarakat luas namun justru membuat Galileo dihukum. Ia dianggap membuat ajaran baru yang menentang agama saat itu. Dalam keadaan buta, ia dijadikan tahanan di rumahnya sendiri. Cap sebagai terhukum pada Galileo sendiri baru dicabut pada tahun 1992, dan sejak itu ia dianggap sebagai salah satu ilmuwan terbaik.
Paska penemuan Kepler, model heliosentris tidaklah dapat diterima langsung oleh masyarakat saat itu. Penyebabnya adalah apa yang ditemukan Kepler belum dapat dijelaskan secara fisis. Belum ada penjelasan secara ilmiah mengapa Bumi mengelilingi Matahari dan bukan sebaliknya. Tidak lama setelah itu, jawaban yang dinanti pun muncul dari Newton (1642-1727 M). Hukum Gravitasi Newton yang kita kenal sekarang ini ternyata berkaitan erat dengan Hukum Ketiga Kepler, yang menunjukkan adanya hubungan antara kuadrat periode orbit dengan pangkat tiga jaraknya dari pusat sistem. Hukum Newton juga menyebutkan bahwa sudah sepantasnyalah benda bermassa kecil mengelilingi benda yang bermassa lebih besar. Maka, semakin kuatlah dukungan terhadap model heliosentris. Model heliosentris akan semakin kuat jika bukti rotasi dan revolusi Bumi ditemukan. Keduanya hanya tinggal menunggu waktu saja seiring dengan teknologi yang semakin canggih. Akhirnya memang bukti-bukti tersebut ditemukan. Bukti revolusi Bumi yang pertama ditemukan adalah aberasi bintang pada tahun 1727 oleh James Bradley walaupun ia sedang mencari bukti adanya paralaks bintang. Sementara paralaks bintang baru ditemukan pada tahun 1837 oleh F. Bessel. adanya paralak bintang yang berada jauh dari bumi tampak bergerak-gerak dengan bintang yang lebih dekat darinya dan yang terakhir adanya pergesaran warna pada bintang yang diamati dan warnanya berubah kadang menuju ke biru kadang juga menuju ke merah, hal ini menunjukan adanya pergerakan dari bumi yang sedang mengelilingi matahari sehingga jaraknya dari bintang selalu berubah-ubah. Sedangkan bukti Bumi berotasi adalah adanya efek Coriolis dan efek pendulum Foucault

C.     HUBUNGAN TEORI GEOSENTRIS DAN TEORI HELIOSENTRIS
1.      PERBEDAAN TEORI GEOSENTRIS DAN HELIOSENTRIS
Pada umumnya bangsa Yunani dan orang-orang yang hidup pada abad pertengahan memiliki pegangan yang kuat sebagai pandangan mereka tentang alam semesta, yaitu teori geosentris (Bumi sebagai pusat). Menurut teori ini, Bumi sebagai pusat alam semesta berada dalam keadaan diam dan planet-planet, Matahari, serta benda-benda langit lainnya bergerak mengitarinya. Gerak semu (apparent motions) planet, bulan, dan matahari relatif terhadap bintang dan terhadap satu sama lain dijelaskan secara lengkap dalam teori geosentris Hipparchus yang dikembangkan sekitar tahun 140 sebelum masehi.
Namun teori geosentris memiliki kelemahan yaitu sulitnya menjelaskan fenomena retrogresi (gerak balik) periodik dari planet. Fenomena retrogresi diakibatkan karena lintasan semu planet sepanjang tahun relatif terhadap bintang-bintang adalah berupa lengkungan (kurva) yang tidak rata. Malahan, adakalanya planet-planet teramati seolah-olah bergerak mundur (berbalik) sebelum akhirnya bergerak maju kembali selama periode orbitnya. Akhirnya pada tahun 1543 teori geosentris dipatahkan oleh teori heliosentris

Geosentris
Heliosentris
1. bumi ditetapkan sebagai pusat tata surya
1. Sistem yang menetapkan matahari sebagai pusat tata surya      
2. Matahari dan berbagai planet bergerak
2. semua planet termasuk Bumi bergerak
    mengelilingi bumi
    mengelilingi matahari
3. Bumi tidak dapat berputar
3. Bumi berkisar/berputar seperti gasing
4. Orbitnya nonsirkular (tak berkeliling)
4. Orbitnya sirkular
5. Bumi - bulan - merkurius - venus - matahari - mars - jupiter -saturnus – bintang-bintang
5. Urutan: matahari – merkurius – venus – bumi(bulan) – mars – jupiter – saturnus
6. Semua benda langit terkurung oleh sebuah    bola langit, dimana pada dindingnya melekat bintang-bintang yang beredar mengelilingi bumi sehingga kita seakan-akan ada didalamnya.
6. Bintang-bintang masih dianggap melekat pada sebuah bola langit dan beredar mengelilingi matahari
7. Sebuah planet bergerak dalam lingkaran dan pusat lingkaran ini bergerak sepanjang    lingkaran lainnya
7. Planet-planet beredar mengelilingi matahari    melalui lintasan-lintasan yang masing-masing berbentuk lingkaran
8. Orbitnya berbentuk bulat
8. Orbitnya berbentuk elips setelah ada revisi dari astronomi lain.
9. semua objek bergerak dinamis terhadap bumi.
9. menyatakan bahwa semua objek bergerak relatif terhadap bumi
10. episicle lebih sederhana dari heliosentris
10. episiclenya lebih rumit daripada geosentris

2.      Kesamaan teori geosentris dan heliosentris
Persamaan Geosentris dan Heliosentris
1. Keduanya menggunakan sistem epicycle
2. Keduanya memiliki sistem retrograde
3. Planet yang diamati

3.      Kekurangan Teori Geosentris dan Heliosentris
Geosentris
Heliosentris
1. Sistem Ptolemius menggunakan terlalu    banyak epicycle yang rumit, sehingga keistimewaan geometri lingkaran    menjadi berkurang
1. Sistem Copernicus mengaplikasikan sistem    epicycle yang lebih rumit daripada milik    Ptolomeus



4.      Kekurangan terhadap teori ini
Geosentris
Heliosentris
Sistem Ptolemius menggunakan terlalu banyak epicycle yang rumit,  menjadi berkurang
Sistem Copernicus mengaplikasikan sistem epicycle yang lebih rumit daripada milik Ptolomeus
5.      Kelebihan Teori Geosentris dan Heliosentris
Geosentris
Heliosentris
1. Pengamat di bumi akan dapat  mengamati    efek paralaks pada bintang
1. Sistem ini memudahkan perhitungan(matematis) periode orbit dan jarak relatif    planet
2. Semua benda bergerak mengelilingi bumi dengan kecepatan konstan
2. Sistem heliosentris itu dibuat untuk    menjelaskan sistem matematis saja dan tidak menerangkan gambaran sistem yang sebenarnya





PENUTUP
A.    SIMPULAN DAN PENUTUP
Ilmu astronomi merupakan ilmu matematis yang paling cepat perkembangannya. Ilmu ini pertama kali muncul embrionya pada zaman Nabi Idris As, beliau jugalah orang yang pertama kali memperhatikan fenomena langit. Baru setelah zaman Babilonia (kaum Sumeria), Yunani kuno pada masa sebelum masehi ilmu astronomi mulai mengalami perkembangan.
Dan dalam sejarahnya ilmu astronomi menjadi beberapa aliran, yaitu aliran Ptolomeus dan aliran Copernicus.
Geosentris (geo = Bumi; centrum = titik pusat). Anggapan ini menempatkan Bumi sebagai pusat dari alam semesta. Anggapan ini dimulai sekitar abad VI Sebelum Masehi (SM), saat pandangan egosentris mulai ditinggalkan. Salah seorang yang mengemukakan anggapan geosentris adalah Claudius Ptolomeus.
Pandangan heliosentris (helios = matahari) dianggap sebagai pandangan yang revolusioner yang menempatkan matahari sebagai pusat alam semesta.
Seorang mahasiswa kedokteran, ilmu pasti dan Astronomi, Nicholas Copernicus (1473–1543) pada tahun 1507 menulis buku ”De Revolutionibus Orbium Caelestium” (tentang revolusi peredaran benda-benda langit). Ia mengemukakan bahwa matahari merupakan pusat jagat raya yang dikelilingi planet-planet, bahwa bulan mengelilingi Bumi dan bersama-sama mengitari matahari, dan bahwa Bumi berputar ke timur yang menyebabkan siang dan malam.



DAFTAR PUSTAKA

Endarto, Danang. 2005. Pengantar Kosmografi. Surakarta : LPP UNS dan UNS Press.
Hambali, Slamet. 2012. Pengantar Ilmu Falak, Banyuwangi : Bismillah Publisher.
Izzuddin, Ahmad, Fiqh Hisab Rukyah, Jakarta : Erlangga. 2007
Khazin, Muhyiddin. 2004. Ilmu Falak dalam Teori dan Praktik. Yogyakarta : Buana Pustaka.
Tjasyono, B., 2006. Ilmu Kebumian dan Entariksa. Bandung: Rosdakarya.

“Geosentris Dan Heliosentris”, di akses dari http://aryabima.wordpress.com  /2008/09/28/antara-geosentris-dan-heliosentris/
“Geosentris Dan Heliosentris”, di akses dari http://gdesuardiana.blogspot.com/ 2011/01/geosentris-dan-heliosentris.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar