selamat malam bapak ibu kakak guru, malam ini mau ngepost barang yang bermanfaat (ceileh) lah lah .. ini aku bakal mereview model pembelajaran dari buku "models of teaching" dari Bruce R. Joyce and Marsha Weil.. ini penampakan bukunyaa..
ADVANCE ORGANIZER
Disusun untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah Kapita Selekta
Disusun oleh:
Nyna
Adhitama S831602021
PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN SAINS
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
2016
1. TEORI BELAJAR
1.1
Teori
Belajar dan Pembelajaran
Dalam
psikologi dan pendidikan , pembelajaran secara umum didefinisikan sebagai suatu
proses yang menyatukan kognitif, emosional, dan lingkungan pengaruh dan
pengalaman untuk memperoleh, meningkatkan, atau membuat perubahan pengetahuan
satu, keterampilan, nilai, dan pandangan dunia (Ormorod, 1995).
Ada
tiga kategori utama atau kerangka filosofis mengenai teori-teori belajar,
yaitu: teori belajar behaviorisme, teori
belajar kognitivisme, dan teori belajar
konstruktivisme. Teori belajar
behaviorisme hanya berfokus pada aspek objektif diamati pembelajaran. Teori
kognitif melihat melampaui perilaku untuk menjelaskan pembelajaran berbasis
otak. Dan pandangan konstruktivisme belajar sebagai sebuah proses di mana pelajar
aktif membangun atau membangun ide-ide baru atau konsep.
a. Teori
belajar Behaviorisme
Teori behavioristik
adalah sebuah teori yang dicetuskan oleh Gage dan Berliner tentang perubahan
tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Teori ini lalu berkembang menjadi
aliran psikologi belajar yang berpengaruh terhadap arah pengembangan teori dan
praktik pendidikan dan pembelajaran yang dikenal sebagai aliran behavioristik.
Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil
belajar.
Teori behavioristik
dengan model hubungan stimulus-responnya, mendudukkan orang yang belajar
sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan menggunakan
metode pelatihan atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat
bila diberikan penguatan dan akan menghilang bila dikenai hukuman.
b. Teori Belajar kognitivisme
Teori belajar kognitif
mulai berkembang pada abad terakhir sebagai protes terhadap teori perilaku yang
yang telah berkembang sebelumnya. Model kognitif ini memiliki perspektif bahwa
para peserta didik memproses infromasi dan pelajaran melalui upayanya
mengorganisir, menyimpan, dan kemudian menemukan hubungan antara pengetahuan
yang baru dengan pengetahuan yang telah ada. Model ini menekankan pada
bagaimana informasi diproses. Peneliti yang mengembangkan teori kognitif ini adalah Ausubel, Bruner, dan Gagne. Dari
ketiga peneliti ini, masing-masing memiliki penekanan yang berbeda. Ausubel
menekankan pada apsek pengelolaan (organizer) yang memiliki pengaruh utama
terhadap belajar. Bruner bekerja pada pengelompokkan atau penyediaan bentuk
konsep sebagai suatu jawaban atas bagaimana peserta didik memperoleh informasi
dari lingkungan.
c. Teori
Belajar Konstruktivisme
Kontruksi berarti
bersifat membangun, dalam konteks filsafat pendidikan dapat diartikan
Konstruktivisme adalah suatu upaya membangun tata susunan hidup yang berbudaya
modern. Konstruktivisme merupakan landasan berfikir (filosofi) pembelajaran
konstektual yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit,
yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas.
1.2
Model
Advance Organizer
Belajar sebagai
suatu proses berfokus pada apa yang terjadi ketika belajar berlangsung. Istilah
teori belajar dan teori pembelajaran merupakan suatu istilah yang memiliki
keterkaitan yang sangat erat dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain dalam
proses pembelajaran. Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang
melukiskan prosedur sistematika mengorganisasikan pengalaman belajar untuk
mencapai tujuan belajar tertentu. Dapat pula dikatakan bahwa model pembelajaran
adalah suatu pendekatan yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran.
David Ausubel
adalah seorang teoretikus pendidikan yang luar biasa. Pertama, dia secara
langsung membahasakan tujuan materi pembelajaran. Kedua, dia menganjurkan
peningkatan metode-metode pengajaran presentasional (ceramah dan membaca) pada
saat para teoretikus pendidikan lain dan kritikus sosial tengah menentang
keabsahan metode-metode ini dan penemuan-penemuan yang mengkritik kepasifan
pembelajar ekspositori.
Teori Ausubel tentang pembelajaran
verbal berhubungan dengan tiga hal yaitu:
1.
Bagaimana
pengetahuan (materi kurikulum) dikelola
2.
Bagaimana
pikiran bekerja dalam memproses informasi baru (pembelajaran)
3.
Bagaimana guru
dapat mengaplikasikan gagasan-gagasan ini pada kurikulum dan pembelajaran
ketika mereka mempresentasikan materi baru pada siswa (pengajaran/
instruksional)
1.3
Tujuan
dan Asumsi
Perhatian utama Ausubel
adalah membantu guru dalam mengelola dan mentransfer beragam informasi
sebermanfaat dan seefisien mungkin. Advance Organizer menyediakan
konsep-konsep dan prinsip-prinsip kepada siswa secara langsung. Model itu
adalah model Advance Organizer, yang bertujuan untuk mengembangkan kemampuan
memproses informasi yang efisien untuk menyerap dan menghubungkan satuan ilmu
pengetahuan secara bermakna.
Pendirian Ausubel fokus
dalam situasi-situasi dimana guru berperan sebagai pengelola materi pelajaran
dan menyajikan informasi melalui ceramah, membaca, dan penyediaan tugas pada
pembelajar dalam memadukan apa yang telah dipelajari. Dalam pendekatanyya, guru
bertanggung jawab dalam mengelola dan mempresentasikan apa yang akan
dipelajari. Sedangkan peran utama pembelajar adalah menguasai gagasan dan
informasi.
Model pembelajaran Advance
Organizer adalah suatu Pendekatan Kontruktivis didasarkan pada prinsip
mengorientasikan siswa kepada materi sebelum dibaca atau presentasi kelas, yang
digunakan untuk memperbaiki kinerja siswa yang memiliki pemahaman rendah. Model
ini dirancang untuk memperkuat struktur kognitif siswa, pengetahuan mereka
tentang pelajaran tertentu dan bagaimana mengelola, memperjelas, dan memelihara
pengetahuan tersebut dengan baik. Struktur kognitif yang ada di dalam diri
seseorang merupakan faktor utama yang menentukan apakah materi baru akan bermanfaat
atau tidak dan bagaimana pengetahuan yang baru ini dapat diperoleh dan
dipertahankan dengan baik. Sebelum penyajian materi baru, kita harus
meningkatkan stabilitas dan kejelasan struktur siswa kita. Ini dapat dilakukan
dengan memberikan konsep-konsep yang dapat menentukan informasi untuk dipresentasikan.
Organizer berisi gagasan-gagasan yang dapat dihubungkan dengan
karakteristik-karakteristik tertentu dari objek-objek seni yang dilihat. Guru
perlu menyediakan intellectual scaffolding (perancah intelektual) pada
siswa untuk menyusun gagasan-gagasan dan fakta-fakta yang mereka temui selama pembelajaran.
Adapun dalam advance
organizer, motivasi dibangkitkan melalui keaktifan siswa dalam
mengkonstruksi pengetahuan dengan membawa mereka agar merespon pengajaran
secara produktif sehingga mencapai metalevel disiplin dan metakognisi. Proses
ini dicapai dengan mengawali pengajaran melalui dunia persepsi mereka dan
membimbing mereka untuk merangsang dan memperkuat struktur-struktur yang telah
dimiliki melalui pengamatan benda-benda, tampilan gambar/video, peta konsep,
alat – alat, susunan kata - kata, suara dan sebagainya (Namira 2014; Daniel,
2005; Oloyede, 2011; Panggabean dan Suyanti, 2012; Willerman dan Mc Harg,
1992). Dengan demikian, dalam kognitif siswa tersedia kerangka konseptual untuk
materi belajar baru dan konsep – konsep yang relevan dalam struktur kognitif
siswa menjadi aktif. Konsep baru yang bersifat abstrak akan menjadi pengait
pada ide – ide baru (ideational scaffolding), sehingga terbentuk
jembatan kognitif antara konsep yang dimiliki dalam kognitif dengan materi
yang dipelajari.
Pengertian model
pembelajaran Advance Organizer adalah suatu model pembelajaran yang
disusun untuk memberikan arah dalam menyusun suatu materi pembelajaran, dimana
siswa dibantu oleh guru untuk memperoleh informasi, ide, keterampilan, nilai
dan cara berpikir yang pada prinsipnya siswa dapat melihat kebermaknaan materi
yang akan dipelajari dan menghubungkannya dengan materi yang sudah dipelajari.
Dalam kegiatannya siswa dapat menjelaskan kembali materi tersebut. Model
pembelajaran Advance Organizer merupakan suatu cara belajar untuk
memperoleh pengetahuan baru yang dikaitkan dengan pengetahuan yang telah ada
pada pembelajaran, yang artinya setiap pengetahuan mempunyai struktur konsep tertentu
yang membentuk kerangka dari sistem pemrosesan informasi yang dikembangkan
dalam pengetahuan (ilmu) itu.
Ausubel menolak gagasan
bahwa pembelajaran dengan mendengarkan, menonton, dan membaca hanyalah
pembelajaran hafalan, pasif dan tidak penting. Tentunya, hal ini bisa terjadi kecuali
jika pikiran siswa sudah disiapkan untuk menerima dan memproses informasi.
Metode-metode pengajaran yang dilaksanakan dengan kurang baik dapat menggiring
pada pembelajaran hafalan. Hal yang sama berlaku pada pembelajaran ekspositori.
Jika diterapkan dengan baik, pembelajaran ini pada akhirnya juga akan
mengembangkan kemampuan siswa untuk lebih aktif dalam memproses informasi.
Untuk itu, berguna
tidaknya materi lebih tegrantung pada persiapan pembelajar dan pengolahan
materi dari pada sekedar menerapkan metode presentasi saja. Jika pembelajar
mengewalinya dengan persiapan yang tepat, dan jika materi dikelola dengan
solid, pembelajaran yang bermanfaat pun pada akhirnya akan muncul.
1.4 Mengolah Informasi
Menurut Ausubel, ada
keparalelan antara cara mata pelajaran diolah dan cara orang mengolah informasi
dalam pikiran mereka (struktur-struktur kognitif mereka). Dia berpandangan
bahwa setiap disiplin akademik memiliki strktur konsep (dan/rancangan) yang dikelola
secara hirarkis.
Seperti Jerome Bruner,
Ausubel percaya konsep-konsep structural setiap disiplin dapat diajarkan pada
siswa yang bagi mereka, hal ini akan menjadi system memproses informasi-semua
konsep tersebut menjadi peta intelektual yang dapat digunakan oleh siswa untuk
menganalisis ranah-ranah tertentu dan memecahkan masalah-masalah dalam
ranah-ranah tersebut.
Keterangan : struktur kognitif yang sudah ada
konsep-konsep yang secara potensial cukup
penting
tidak relevan dengan struktur yang ada
Sumber : Didasarkan pada Clinton Bouten,
Getting It All Together, (San Rafael, California: Leswing Press, 1972)
Pada
gambar tersebut menunjukkan hirarki struktur kognitif siswa. Konsep-konsep
dalam lingkaran hitam merupakan konsep yang paling inklusif. Konsep ini telah
dipelajari dan ada dalam struktur kognitif yang bersifat hipotetis.
Konsep-konsep dalam lingkaran abu-abu secara potensial berguna karena
konsep-konsep tersebut dapat dihubungkan dengan konsep yang telah ada.
Sedangkan konsep-konsep dalam lingkaran putih kurang begitu penting karena jangkar-jangkar
yang cocok untuk kosep ini masih tidak dalam struktur kognitif. Saat system
memproses informasi ini memperoleh informasi dan gagasan baru, ia akan mengolah
kembali dirinya sendiri untuk mengakomodir gagasan.
Ausubel
menegaskan bahwa gagasan-gagasan baru dapat dipelajari dan di pertahankan
secara fungsional hanya pada jangkauan bahwa gagasan tersebut dapat dihubungkan
dengn konsep-konsep dan rancangan-rancangan yang sudah ada yang menyediakan
jangkar-jangkar ideasional. Jika materi baru terlalu berlawanan dengan struktur
kognitif yang sudah ada atau tidak berhubungan sama sekali dengan konsepsi
apapun, pembelajar harus aktif merenungkan materi, berpikir melalui
koneksi-koneksi ini, menyatukan perbedaan atau ketidak sesuaian, dan mencatat
kesamaan-kesamaan dengan informasi.
1.5 Implikasinya pada Kurikulum
Penggunaan dua prinsip
yang saling berhubungan satu sama lain, yaitu:
- Diferensiasi
progresif untuk menuntun pengelolaan materi
dalam bidang-bidang mata pelajaran sehingga konsep-konsep tentang materi
tersebut dapat menjadi bagian yang stabil dalam struktur kognitif siswa.
Di dalam belajar bermakna perlu adanya pengembangan dan elaborasi
konsep-konsep. Caranya unsur yang paling umum dan inklusif diperkenalkan
lebih dahulu kemudian baru yang lebih mendetail, berarti proses
pmbelajaran dari umum ke khusus.
- Rekonsiliasi
integrative untuk menggambarkan peran
intelektual siswa. Pada suatu saat siswa kemungkinan akan menghadapi
kenyataan bahwa dua atau lebih nama konsep digunakan untuk menyatakan
konsep yang sama atau bila nama yang sama diterapkan pada lebih satu
konsep. Untuk mengatasi pertentangan kognitif itu, ausubel juga mengajukan
konsep pembelajaran penyesuaian integrative. Caranya, materi pelajaran
disusun sedemikian rupa, sehingga guru dapat menggunakan hirarki-hirarki
konseptual ke atas dan ke bawah selama informasi disajikan. Penyajian
kerangka konsep yang umum dan menyeluruh untuk kemudian dilanjutkan dengan
penyajian informasi yang lebih spesifik dan gambaran konsep atau preposisi
yang utama harus dikemukakan secara jelas dan hati-hati sehingga siswa mau
melakukan eksplorasi baik berupa tanggapan maupun mengajukan
contoh-contoh. Mulai memasuki kegiatan penyajian materi diterapkan
beberapa kali dalam konteks yang berbeda agar siswa dapat memperluas
wawasan.
Pendekatan penyediaan gagasan-gagasan
penting ini tampa bertentangan dengan model-model penelitian induktif, penemuan
konsep, dan penelitian ilmiah, tetapi ada kesamaan besar dalam hal bahwa
pengembangan konsep merupakan hal utama dan siswa harus dilibatkan secara aktif
dalam menghubungkan konsep-konsep dan informasi. Selain itu, dalam kurikulum,
guru bisa saja bergantian menerpakan antara konstruksi gagasan dengan
presentasi gagasan.
1.6 Implikasinya pada Pengajaran
Model advance organizer dapat memperkuat
struktur kognitif dan meningkatkan penympanan informasi baru. Ausubel
mendeskripsikan advance organizer sebagai materi pengenalan yang
disajikan pertama kali dalam tugas pembelajaran dan dalam tingkat abstraksi dan
inklusivitas yang tinggi dari pada tugas pembelajaran itu sendiri, tujuannya
adalah menjelaskan, mengintegrasikan, dan menghubungkan materi baru dalam tugas
pembelajaran dengan materi yang telah dipelajari sebelumnya.
Bentuk-bentuk model pembelajaran advance
organizer yaitu:
- Ekspository
Advance Organizer, dirancang jika akan
menjelaskan suatu gagasan umum yang memiliki beberapa bagian yang saling
berhubungan. Bentuk ini bertujuan untuk membantu memperluas pemahaman
konsep bagi siswa. Contoh: jika kita ingin menjelaskan tentang fungsi
suatu jaringan tumbuhan, terlebih dahulu dijelaskan tentang struktur
jaringan tumbuhan.
- Comparatif
Advance Organizer, dirancang untuk mengintegrasikan konsep
baru dengan konsep lama yang telah siswa miliki dalam struktur kognitifnya.
Bentuk ini bertujuan mempertajam dan memperluas pemahaman konsep. Contoh:
konsep kultur jaringan berhubungan dengan jaringan tumbuhan, untuk itu
jika kita ingin menjelaskan kultur jaringan, melalui pemahaman terhadap
perbandingan antara pemahaman konsep struktur dan fungsi jaringan (konsep
lama) dengan konsep kultur jaringan (konsep baru) maka siswa akan
mengintegrasikan konsep baru tersebut.
Tujuan model
pembelajaran Advance Organizer adalah
a.
Memperkuat
struktur kognitif siswa
b.
Menambah daya
ingat (retensi) siswa terhadap informasi yang bersifat baru.
c.
Memperkuat proses
asimilasi informasi dan ide secara bermakna pada siswa.
d.
Mengkonstruksi berfikir akurat siswa.
1.7 Model Advance Organizer
Model pengajaran yang dikembangkan disini didasarkan
pada gagasan Ausubel tentang materi pelajaran, strutur kognitif, pembelajaran
resepsi aktif, dan advance organizer handal. Model pembelajaran Advanced
Organizer adalah model pembelajaran yang lebih mengutamakan stuktur
kognitif siswa, yang oleh Ausubel diberi arti pengetahuan seseorang tentang
bidang ilmu tertentu, pada waktu tertentu, dan sejauh mana pengorganisasiannya,
kejelasan dan kemantapannya. Ausubel berpendapat bahwa struktur kognitif yang
dikuasai seseorang merupakan faktor yang sangat menentukan, apakah materi-
materi baru akan bermakna. Sebelum kita dapat menyuguhkan materi baru dengan berhasil,
kita harus meningkatkan stuktur kognitif siswa.
Kelebihan
dan kekurangan advance organizer:
a. Kelebihan
pendekatan advance organizer dalam pengajaran:
-
Siswa dapat
berinteraksi dengan memecahkam masalah untuk menemukan konsep-konsep yang
dikembangkan
-
Dapat
membangkitkan perolehan materi akademik dan ketrampilan social siswa
-
Dapat mendorong
siswa untuk mengetahui jawaban pertanyaan yang diberikan (siswa semakin aktif)
-
Dapat melatih
siswa meningkatkan ketrampilan siswa melalui diskusi kelompok
-
Meningkatkan
ketrampilan berfikir siswa baik secara individu maupun kelompok
-
Menambah
kompetensi siswa dalam kelas
b. Kekurangan
advance organizer dalam proses pengajaran:
-
Dibutuhkan
kontrol yang intensif dari guru, sehingga bila siswa terlalu banyak, proses
pembelajaran kurang efektif.
2. SINTAKS
Model
advance organizer memiliki tiga tahap kegiatan. Tahap pertama adalah
presentasi advance organizer, tahap kedua adalah presentasi tugas
pembelajaran atau materi pembelajaran, dan tahap ketiga adalah penguatan pengolahan
kognitif. Tahap terakhir ini menguji hubungan materi pembelajaran dengan
gagasan-gagasan yang ada untuk menghasilkan proses pembelajaran aktif.
Tahap Pertama:
Presentasi Advance Organizer
|
Tahap Kedua:
Presentasi
Tugas atau Materi Pembelajaran
|
-
Mengklarifikasi tujuan-tujuan
pelajaran
-
Menyajikan organizer
-
Mengidentifikasi
karakteristik-karakteristik yang konklusif
-
Memberi contoh-contoh
-
Menyajikan konteks
-
Mengulang
-
Mendorong kesadaran pengetahuan
dan pengalaman siswa
|
-
Menyajikan materi
-
Mempertahankan perhatian
-
Memperjelas pengolahan
-
Memperjelas aturan materi
pembelajaran yang masuk akal
|
Tahap ketiga :
Mempertkuat
Pengolahan Kognitif
|
|
-
Menggunakan prinsip-prinsip
rekonsilasi integrative
-
Menganjurkan pembelajaran
resepsi aktif
-
Membangkitkan pendekatan kritis
pada mata pelajaran
-
Mengklarifikasi
|
Aktivitas-aktivitas
dirancang untuk meningkatkan kejelasan dan kemantapan materi pembelajaran yang
baru sehingga gagasan-gagasan yang hilang tidak terlalu banyak hanya karena
disebabkan ketidakjelasan satu sama lain. Siswa seharusnya membedah materi
tersebut saat mereka menerimanya dengan menghubungkan materi pembelajaran baru
dengan pengalaman personal, struktur kognitif, dan sikap kritis pada
pengetahuan.
Tahap
pertama terdiri dari tiga aktivitas: mengklarifikasi tujuan-tujuan pembelajaran
adalah salah satu cara untuk memperolah perhatian siswa dan mengarahkan mereka
pada tujuan-tujuan pembelajaran, keduanya penting untuk memfasislitasi
pembelajaran yang bermakna. menyajikan advance organizer, dan mendorong kesadaran
pengetahuan yang relevan.
Setelah
presentasi organizer dalam tahap pertama, materi pembelajaran dipresentasikan dalam
tahap kedua dalam bentuk ceramah, diskusi, film, eksperimentasi, atau membaca.
Selama presentasi, pengolahan materi pembelajaran perlu dibuat dengan jelas
pada siswa sehingga mereka memiliki seluruh indera petunjuk dan dapat melihat
urutan logis dari materi tersebut dan bagaimana pengolahan tadi berhubungan
dengan advance organizer.
Berikut adalah
penyajian langkah-langkah yang dapat dikembangkan dalam fase kedua:
a) Guru
merumuskan dengan teliti pengalaman belajar yang direncanakan dan bersifat
terbuka untuk memperoleh hasil yang potensial
b) Guru
berusaha menyajikan introduksi pengalaman yang bersifat menantang dan
memotivasi
c) Siswa
dapat bekerja secara individual, tetapi lebih sering bekerja dalam kelompok-kelompok
kecil atau sebagai suatu kelompok secara menyeluruh didalam belajar berdasarkan
pengalaman
d) Para
siswa ditempatkan dalam situasi-situasi pemecahan masalah yang nyata yang bertentangan
dengan situasi pengganti
e) Para
siswa secara aktif berperan serta dalam pembentukan pengalamn baru dan membuat
keputusan sendiri serta memikul konsekuensi atas keputusan-keputusan tersebut
f) Kelas
mengadakan diskusi kelas yang dihadiri oleh semua siswa dengan tujuan
memperluas belajar dan pemahaman terhadap bermacam hal yang telah dialami,
pertemuan ini dipimpin oleh guru yang terdiri dari empat bagian yaitu:
-
Review rincian
suatu peristiwa atau kejadian, seorang siswa tertentu menyampaikan secara lisan
kejadian tersebut berdasarkan pengamatan atau pengalamannya
-
Analisis aspek-aspek
kejadian atau peristiwa. Guru harus membantu siswa mengidentifikasi masalah
pokok yang berkaitan dengan kejadian tersebut
-
Formulasikan prinsip-prinsip
dan premis-premis nilai yang dikaitkan dengan kejadian itu
-
Integrasikan informasi
baru ke dalam kerangka belajar siswa. Guru menghubungkan informasi baru itu
dengan pengetahuan yang dimiliki oleh siswa.
Langkah terakhir
ini merupakan ciri khas dari strategi pengajaran ini dimana pembahasan
pengalaman belajar dilakukan dengan cara menandai dan merumuskan hal-hal yang
terjadi dan menyebarkan penemuan-penemuan kepada semua siswa. Hal
inilah yang membedakan dari belajar
mengalami (experiental learning) yang berpusat pada pengalaman belajar
yang diarahkan oleh siswa (student-directed learning experiences)(Sinulingga,
2012).
Tujuan
dalam tahap ketiga adalah melabuhkan materi pembelajaran baru kedalam struktur
kognitif siswa yang sudah ada yakni memperkuat pengolahan kognitif siswa. Dalam
arus pengajaran yang alamiah, beberapa prosedur ini bisa dimasukkan ke dalam
tahap kedua, namun kita ingin menekankan bahwa menggarap kembali materi baru
merupakan tugas pengajaran yang terpisah, dengan perangkat aktivitas dan
keterampilannya. Ausubel mengidentifikasi empat aktivitas :1) mengembangkan
pendamaian integrative, 2) mengembangkan pembelajaran resepsi aktif, 3)
memunculkan pendekatan kritis pada mata pelajaran, dan 4) mengklarifikasi.
1)
Menggunakan
prinsip-prinsip rekonsiliasi intergratif
Aktifitas ini
mempertemukan materi belajar yang baru dengan kognitif siswa dan dapat
dikembangkan guru melalui:
-
Mengingatkan
siswa tentang gambaran menyeluruh gagasan/ ide
-
Menanyakan
ringkasan dari atribut materi pelajaran yang baru
-
Mengulangi
definisi secara tepat
-
Menanyakan
perbedaan aspek-aspek yang ada dalam materi
-
- Menanyakan
bagaimana materi pelajaran mendukung konsep
-
atau preposisi
yang baru digunakan
2) Meningkatkan
kegiatan belajar (belajar menerima)
Dapat
dilakukan dengan cara:
-
Siswa
menggambarkan materi baru dengan menghubungkannya melalui salah satu aspek
pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya.
-
Siswa memberi
contoh-contoh terhadap konsep yang berhubungan dengan materi
-
Siswa
menceritakan kembali dengan menggunakan kerangka referensi yang telah dimiliki
-
Siswa
menghubungkan materi dengan pengalaman atau pengetahuan yang dimilikinya
3) Meningkatkan
pendekatan kritis tentang bahasan pokok
-
Dilakukan dengan
menanyakan kepada siswa tentang asumsi atau pendapatnya yang berhubungan dengan
materi pelajaran.
-
Guru memberikan
pertimbangan dan tentangan terhadap pendapat tersebut dan menyatukan
kontradiksi apabila terjadi silang pendapat
4) Mengklarifikasikan
Guru dapat melakukan klarifikasi dengan cara memberi
tambahan informsi baru atas mengaplikasikan gagasan ke dalam situasi baru atau
contoh lain.
Ada
beberapa cara untuk memfasilitasi pendamaian materi baru dengan struktur
kognitif siswa. Guru dapat:
1. Mengingatkan
siswa tentang gagasan-gagasan.
2. Meminta
ringkasan tentang sifat-sifat penting materi pembelajaran
3. Mengulang
definisi-definisi yang tepat
4. Meminta
perbedaan-perbedaan diantara aspek-aspek materi
5. Meminta
siswa mendeskripsikan bagaimana materi pembelajaran mendukung konsep dan
rancangan yang digunakan sebagai organizer.
Selain itu juga
dalam proses pembelajaran Advance Organizer terdapat beberapa aspek yang
mendukung strategi dalam penerapannya, yaitu:
1.
Mengaktifkan
siswa
Kegiatan
pembelajaran Advance Organizer harus memberikan kesempatan kepada siswa untuk
melakukan kegiatan, dan guru sebagai fasilitatornya. Artinya, selama proses
pembelajaran, guru berfungsi sebagai penyedia atau pembimbing untuk mempermudah
kegiatan pembelajaran. Dengan begitu suatu materi yang dipelajari siswa bukan sesuatu
yang dicekcokkan, tetapi sesuatu yang dicari, dipahami, kemudian dilaksanakan
dalam kehidupan sehari-hari.
2.
Memvariasi
pengelolaan kelas
Untuk
menciptakan proses pembelajaran di kelas dengan siswa yang aktif, asyik dan
senang, serta hasilnya memuaskan, guru harus menciptakan variasi dalam
pengelolaan kelas.
3.
Melayani
perbedaan individu
Seorang
guru harus dapat melayani siswa-siswanya sesuai dengan tingkat kecepatan mereka
masing-masing. Bagi siswa-siswa yang lamban, guru memberikan remediasi dan
siswa-siswa yang sangat pandai guru memberikan materi pengayaan.
4.
Meningkatkan
interaksi belajar
Kalau
selama ini proses pembelajaran hanya searah, yakni dari guru ke siswanya,
sehingga guru selalu mendominasi proses pembelajaran, akibatnya suasana belajar
menjadi kaku, monoton dan membosankan. Untuk itu, perlu diupayakan suasana
belajar yang lebih hidup, yaitu dengan cara menumbuhkan interaksi antar siswa
melalui kegiatan diskusi, tanya jawab, bermain peran, game dan sejenisnya.
Adapun Tahapan-tahapan dalam pembelajaran Advance
Organizer yang lebih sistematis adalah sebagai berikut, Pola pembelajaran Advance
Organizer meliputi beberapa tahap, yang mana tahapan-tahapan tersebut
merupakan aspek-aspek yang harus ada dalam pembelajaran Advance Organizer yaitu:
Fase
|
Tingkahlaku
Guru
|
Fase-1
Menyampaikan tujuan dan
memotivasi siswa
(orientasi
peserta didik).
|
Pada fase ini guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang
ingin di capai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa terlibat dalam
aktifitas belajar (mengajukan masalah dan pemecahan masalah), menjelaskan logistik
yang diperlukan,
|
Fase-2
Menyajikan Informasi
bahan
pokok pelajaran
|
Pada fase ini guru menyajikan informasi kepada siswa dengan
jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan.
|
Fase – 3
Mengorganisasikan siswa
ke dalam kelompokkelompok
belajar
|
Pada fase ini guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya
membentuk kelompok belajar dan kemudian membaginya kedalam kelompok belajar
serta membantu setiap kelompok peserta didik untuk mendefinisikan dan mengorganisasikan
tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut agar dapat dilakukan secara
efisien.
|
Fase-4
Membimbing kelompok
kerja
dan belajar
|
Pada fase ini guru membimbing kelompok-kelompok belajar untuk
mendorong peserta didik mengumpulkan informasi yang sesuai dengan tugas
mereka, melakukan penyelidikan untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan
masalah.
|
Fase-5
Mengembangkan dan
menyajikan
hasil karya
|
Pada fase ini guru membantu peserta didik dalam merencanakan
dan menyiapkan karya yang sesuai seperti: laporan, video serta membantu
mereka untuk berbagi tugas dengan temannya,
Kemudian masing-masing kelompok
mempresentasikan hasil kerjanya.
|
Fase-6
Menganalisis dan
mengevalusi
hasil belajar
|
Pada tahap ini guru membantu peserta didik untuk melakukan
refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang
mereka lalui serta
guru mengevalusi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari.
|
Fase-7
Memberikan
penghargaan
|
Pada tahap ini guru mencari cara-cara untuk memberikan
penghargaan pada tiap usaha/ upaya yang dikerjakan oleh setiap individu atau
kelompok (hasil belajar individu dan kelompok yang dicapai).
|
3. SISTEM SOSIAL
Adapun sistem
sosial pada suatu model pembelajaran adalah interaksi yang terjadi antara para
pelaku pembelajaran. seperti pembelajaran yang berpusat pada siswa (student-centered),
dimana guru berperan sebagai fasilitator dan moderator. Sebagai fasilitator,
guru menyediakan sumber belajar, mendorong siswa untuk belajar dengan
melibatkan indera dan intelektual, memberikan bantuan kepada siswa agar dapat
belajar dan mengkonstruksi pengetahuan secara optimal, serta memberikan umpan
balik atas apa yang telah dipelajari. Sebagai moderator, guru menciptakan suatu
kondisi dimana siswa bisa berargumentasi dan bekerjasama dalam pembelajaran,
misalnya melalui diskusi kelompok.
Berbeda dengan
pembelajaran langsung atau pembelajaran lain, pembelajaran Advance Organizer
memberikan lingkungan belajar dan system management yang terbuka,
demokratis dan peranan siswa yang aktif, meskipun guru dan siswa melakukan
tahapan berstruktur, namun dalam pembelajaran Advance Organizer menghendaki
inkuiri terbuka, menekankan peranan sentral siswa dan bukan guru yag ditekankan
(Fitrini, 2016).
Pada model
pembelajaran Advance Organizer guru memegang kontrol terhadap
struktur pembelajaran. Hal ini diperlukan dalam upaya menghubungkan materi
pembelajaran dengan Advance Organizer dan membantu
siswa untuk membedakan antara materi baru dengan materi terdahulu. Keberhasilan
penguasaan materi ini bergantung pada kekritisan dan keinginan siswa untuk memadukan
atau mengintegrasikan materi serta bagaimana guru menyajikan Advance
Organizer. Sistem sosial ini terlihat sangat mencolok dalam tahap ketiga
dengan situasi belajar yang lebih ideal karena lebih bersifat interaktif dengan
banyaknya siswa yang berinisiatif untuk bertanya.
Peran guru dalam
model ini adalah mempertahankan kontrol struktur intektual
siswa, karena ini perlu untuk
menghubungkan secara kontinu materi ajar dengan pemandu dan membantu siswa
membedakan materi baru dengan materi yang dipelajari sebelumnya. Pada fase
tiga, situasi belajar secara ideal jauh lebih interaktif, siswa menyampaikan
banyak pertanyaan dan komentar. Keberhasilan menguasai materi akan tergantung
pada keinginan pebelajar untuk memadukannya dengan pengetahuan sebelumnya, pada
pembelajarnya (guru atau staf pengajar) yang kritis dan pada penyajian dan
organisasi materi pembelajar.
Sikap
merupakan satu faktor yang berperan dalam menentukan kualitas proses
pembelajaran yang dikelola oleh guru. Hal ini mengidentifikasikan bahwa semakin
terbukanya kemungkinan tumbuh dan berkembangnya sikap positif siswa dalam
pembelajaran menunjukkan bahwa proses pembelajaran yang dikelola guru semakin
baik. Sehubungan dengan itu, maka guru sebagai fasilitator berperan sebagai
pembantu dalam pengelaman belajar, membantu perubahan lingkungan serta membantu
terjadinya proses belajar yang serasi dengan kebutuhan dan keinginan. Model advance
organizer merupakan seperangkat materi pelajaran yang berfungsi
menjelaskan, mengintegrasikan, dan mengaitkan pengetahuan yang sedang
dipelajari dengan pengetahuan siswa dan bertujuan untuk memperkuat struktur
kognitif yang dimiliki siswa untuk memahami materi yang disajikan.
Memperhatikan fungsi dan tujuan
penerapan model pembelajaran advance organizer yaitu memperisapkan siswa
menerima materi baru, maka siswa akan lebih mudah menerima atau memahami materi
yang akan disampaikan guru. Dengan adanya kemudahan ini akan mendorong siswa
untuk mandiri serta mengurangi kegagalan yang dapat memicu sikap siswa yang
kurang positif.
4. PRINSIP REAKSI
Respon yang diminta dan tidak diminta pembelajar pada
reaksi pebelajarakan dibimbing dengan tujuan untuk mengklarifikasi makna dari
materi belajar baru, membedakannya dari pengetahuan yang ada dan menerimanya
dengan pengetahuan yang ada, membuatnya secara pribadi relevan dengan pebelajar,
dan membantu untuk mempromosikan pendekatan kritis terhadap pengetahuan.
Secara ideal, pembelajar akan mengajukan pertanyaannya sendiri dalam merespon terhadap langkah-langkahnya
sendiri untuk arti.
Pinsip reaksi menceritakan bagaimana guru menyikapi siswa
dan bagaimana siswa merespon tugas yang diberikan guru. Guru menyediakan sumber-sumber belajar, mendorong siswa
untuk belajar, membimbing
dan memberikan bantuan
bagi siswa serta memberi
kesempatan kepada siswa untuk menemukan sendiri konsep-konsep yang terkait
dengan materi yang sedang dibahas bersama anggota kelompoknya.
Motivasi
merupakan faktor psikologis penting dalam proses pembelajaran. Motivasi
dibangkitkan melalui situasi stimulus bersama ingatan untuk dapat mempengaruhi
siswa sedemikian rupa sesuai hukum – hukum mekanik sehingga berfungsi dalam
mengarahkan, mengaktifkan dan meningkatkan aktivitas siswa dalam proses
pembelajaran (Shihusa dan Keraro, 2009; Solomon, 1986; Tasiwan, 2013). Tingkat
motivasi siswa dalam pembelajaran mempengaruhi perkembangan belajar dan hasil
belajar siswa. Hasil penelitian Tella (2007) melaporkan bahwa anak – anak yang
memiliki motivasi tinggi dalam belajar, memiliki tingkat perkembangan belajar
dan hasil belajar yang baik. Didukung dengan hasil penelitian Nelson (2000)
mengungkapkan bahwa ada hubungan positif antara motivasi, perkembangan kognitif,
dan perubahan konseptual.
Motivasi
siswa dalam pembelajaran dapat ditingkatkan melalui berbagai model dan pendekatan.
Hasil penelitian Shihusa dan Keraro (2009) melaporkan bahwa advance
organizer dalam pembelajaran memiliki pengaruh sangat baik dalam
peningkatan motivasi siswa pada konsep biologi. Adapun dalam advance
organizer, motivasi dibangkitkan melalui keaktifan siswa dalam
mengkonstruksi pengetahuan dengan membawa mereka agar merespon pengajaran
secara produktif sehingga mencapai metalevel disiplin dan metakognisi. Proses
ini dicapai dengan mengawali pengajaran melalui dunia persepsi mereka dan
membimbing mereka untuk merangsang dan memperkuat struktur-struktur yang telah
dimiliki melalui pengamatan benda-benda, tampilan gambar/video, peta konsep,
alat – alat, susunan kata - kata, suara dan sebagainya (Bahri dan Aprian,
2008; Daniel, 2005; Oloyede, 2011; Panggabean dan Suyanti, 2012; Willerman dan
Mc Harg, 1992). Dengan demikian, dalam kognitif siswa tersedia kerangka
konseptual untuk materi belajar baru dan konsep – konsep yang relevan dalam
struktur kognitif siswa menjadi aktif (Tasiwan, 2014)
Pada model pembelajaran Advance Organizer guru
memperlihatkan responnya terhadap reaksi siswa yang diarahkan melalui
pencapaian tujuan untuk mengklasifikasikan makna materi baru,
mendiferensiasikan dan menyelaraskan dengan pengetahuan yang ada, lalu secara
pribadi dikaitkan dengan pengetahuan siswa untuk meningkatkan pendekatan kritis
terhadap pengetahuan. Idealnya siswa akan memulai pertanyaan
mereka sendiri sebagai respon terhadap informasi yang mereka peroleh.
Agar
management pembelajaran Advance Organizer dapat berjalan dengan baik,
penting sekali untuk merumuskan tugas-tugas, yaitu:
a. Menangani
situasi tugas-multi
Dalam hal ini, beraneka ragam tugas
pembelajaran akan terjadi secara serentak, maka tugas guru adalah membimbing
siswa dalam kelompok mereka. Beberapa siswa yang lain mungkin di perpustakaan
atau di luar untuk melakukan penyelidikan. Untuk itu guru harus sudah mengajarkan
bagaimana kerjasama dan bertingkah-laku pada saat penyelidikan.
b. Penyesuaian
terhadap kecepatan penyelesaian yang berbeda
Dalam penyelesaian
tugasnya, tidak semua siswa dapat menyelesaikannya untuk waktu dan kecepatan
yang sama, ada yang cepat dan ada pula yang lambat. Untuk itu guru perlu
memberikan penghargaan terhadap kecepatan siswa dalam menyelesaikan tugasnya
dan memberikan kebijaksanaan jika ada yang lambat dalam menyelesaikan tugas.
c. Memantau
dan mengelola kerja siswa
Karena dalam
menyelesaikan tugas tidak semua siswa dapat menyelesaikannya dalam waktu yang
sama, maka pemantauan dan pengelolaan kerja siswa menjadi sangat rumit. Dalam
pengelolaan kerja siswa ada tiga hal yang harus diperhatikan, yaitu: 1)
Persyaratan kerja untuk semua siswa harus ditetapkan dengan jelas. 2) Pekerjaan
siswa harus dipantau. 3) Catatan harus dilakukan.
d. Mengelola
bahan dan peralatan
Dalam pembelajaran Advance
Organizer, membutuhkan sejumlah bahan atau peralatan yang diperlukan baik
pada saat penyelidikan maupun pada saat pembuatan hasil karya dan saat
memamerkannya. Untuk itu perlu pengelolaan bahan dan peralatan agar kegiatan
dapat berjalan lancar, tidak terhambat hanya karena tidak adanya bahan atau
peralatan yang dibutuhkan.
5. SISTEM PENDUKUNG
Sistem
pendukung dari model pembelajaran adalah segala sesuatu yang diperlukan
oleh siswa untuk dapat menggali informasi yang sesuai guna mencapai tujuan
pembelajaran, seperti lembar kerja siswa, media pembelajaran, dan
buku penunjang.
Sarana
pendukung yang diperlukan Advance Organizer adalah materi yang
terorganisasi dengan baik yaitu materi yang saling berhubungan dengan materi
terdahulu. Keefektifan Advance Organizer tergantung pada suatu
hubungan integral yang tepat antara konsep-konsep yang diorganisasikan dan isi.
Model ini memberikan petunjuk untuk mereorganisasikan materi pembelajaran.
Dalam menyajikan bahan pelajaran
ada beberapa hal yang perlu dilakukan:
§ Membuat
organisasi secara tegas
§ Membuat
urutan bahan pelajaran secara logis dan eksplisit
§ Memelihara
suasana agar penuh perhatian
§ Menyajikan
bahan
6. DAMPAK UTAMA DAN PENGIRING
Adapun dampak
instruksional dan dampak sertaan pada siswa setelah mereka belajar dengan model
pembelajaran Advance Organizer adalah
Dampak
Langsung
Dampak Tak Langsung
-
Dampak
instruksional
Dampak
instruksional dari model ini yaitu ide/gagasan yang pernah dipelajari digunakan
sebagai organizer dan dipresentasikan secara jelas seperti halnya dalam
mempresentasikan materi pelajaran. Sehingga siswa mampu menggunakan struktur
kognitif mereka untuk menunjang materi baru.
Untuk
meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa, salah satu langkah
yang dapat digunakan oleh guru adalah memilih model pembelajaran yang tepat.
Salah satu model pembelajaran yang diperkirakan baik untuk diterapkan dalam
mengembangkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa adalah model pembelajaran
Advance Organizer. Kemampuan pemecahan masalah dapat terbentuk dengan
membuat suasana belajar bermakna. Siswa harus diarahkan untuk membangun pengetahuannya
secara utuh, sehingga permasalahan matematika dapat benar-benar dipahami hingga
ke penyelesaian masalah. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan
mengintegrasikan pengetahuan awal yang telah dimiliki siswa dengan pengetahuan
baru yang akan didapatnya melalui model pembelajaran advance organizer (Luritawaty,
2015)
Model
pembelajaran advance organizer dikembangkan oleh David Ausubel
pada tahun 1963. Model ini merupakan suatu cara belajar bermakna untuk memperoleh
pengetahuan baru yang dikaitkan dengan pengetahuan yang telah ada pada diri
siswa. Model pembelajaran advance organizer lebih mengutamakan struktur
kognitif siswa. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan Ausubel dalam Joyce, Weil
& Calhoun, 2000 bahwa model pembelajaran advance organizer bertujuan
untuk memperkuat struktur kognitif siswa atau pengetahuan mereka tentang
pelajaran tertentu dan bagaimana mengelola, memperjelas dan memelihara pengetahuan
tersebut dengan baik.
Ausubel
dalam Joyce (2009) pada dasarnya mendeskripsikan advance organizer sebagai
materi pengenalan yang disajikan pertama kali dalam tugas pembelajaran dan
dalam tingkat abstraksi dan inkluivitas ynag lebih tinggi dari pada tugas
pembelajaran itu sendiri. Tujuannya adalah menjelaskan, mengintegrasi,
menghubungkan materi baru dalam tugas pembelajaran dengan materi yang sudah
dipelajari sebelumnya (dan juga membantu pelajar membedakan materi baru dari
materi yang dipelajari sebelumnya)(Bulkhis, 2013).
Tujuan
utama pendekatan pembelajaran Advance Organizer adalah member siswa
informasi yang dibutuhkan untuk mempelajari pelajaran atau membantu dalam
mengingat dan menerapkan pengetahuan yang ada. Pendekatan pembelajaran Advance
Organizer digunakan sebagai konsep jembatan antara materi baru dan materi
yang sudah dimiliki oleh peserta didik. Sebagaimana penelitian telah
menunjukkan dampak positif dari implementasi advance organizer dalam
pembelajaran yang dilakukan Deo dan Retno (2012) menyimpulkan bahwa dengan
menerapkan pendekatan advance organizer dapat meningkatkan kemampuan berpikir
kritis dan pemahaman konsep fisika lebih baik peserta didik yang menerapkan
direct interction.
Ausubel
berpendapat bahwa struktur kognitif yang dikuasai siswa merupakan faktor yang
sangat menentukan kebermaknaan dari materi-materi baru yang didapat oleh siswa.
Hal ini disebabkan struktur kognitif yang baik memungkinkan siswa memiliki
kesiapan belajar, pengorganisasian materi, dan penyimpanan materi yang baik.
Ausubel
(Joyce, Weil & Calhoun, 2000) meyakini bahwa siswa harus menjadi
konstruktor pengetahuan yang aktif, hanya saja arah tujuannya adalah
mengajarkan mereka pada metalevel disiplin dan metakognisi untuk merespon
pengajaran secara produktif, dari pada mengawali pengajaran dengan dunia persepsi
mereka dan membimbing mereka untuk menginduksikan strukturstruktur.
-
Dampak pengiring
Dampak
model ini secara tidak langsung siswa memperoleh kemampuan untuk belajar dari
membaca, dan media lain yang digunakan dalam penyajian pembelajaran. Hal ini
akan membangkitkan kesadaran akan pengetahuan yang relevan dan sikap kritis
dalam belajar. Dalam pandangan lain, Barnes dan Clawson (1975) menyatakan bahwa
dampak advance organizer terhadap pembelajaran sangat kecil. Berdasarkan
32 hasil studi penelitian yang dikaji oleh Barnes dan Clawson, 12 hasil
penelitian memperlihatkan bahwa advance organizer secara signifikan
memudahkan belajar siswa, dan 20 hasil penelitian sisanya menunjukkan perbedaan
yang amat kecil (tidak signifikan). Hasil ini didukung kajian yang dilakukan
oleh Lin, et. al. (2005) terhadap siswa kelas 8 dan 9, yang menyatakan bahwa
tidak ada pengaruh signifikan antara advance organizer dalam bentuk
deskripsi verbal (verbal description) dengan kemampuan siswa dalam melengkapi
instruksi pembelajaran berbasis animasi komputer.
Konsep
yang dipelajari akan menjadi bagian baru dari struktur kognitif siswa dan
membentuk asimilasi ide, sedangkan konsep yang tidak terpakai akan hilang ke
dalam alam bawah sadar siswa. Pengaruh ini makin meluas pada motivasi, minat
dalam inkuiri dan perilaku berpikir cepat sebagai dampak iringan (nurturant).
Temuan Oloyede (2011) terhadap 138 siswa SMA melaporkan bahwa advance
organizer meningkatkan retensi pembelajaran kimia mereka, hasil ini
mendukung penelitian Hamilton (1985) yang menyatakan bahwa advance organizer
memiliki efek baik dalam peningkatan retensi pembelajaran. Temuan Rahayu
(2012) menunjukkan bahwa model advance organizer efektif meningkatkan aktivitas
dan hasil belajar kimia siswa SMAN 1 Cirebon pada pokok bahasan koloid dengan
pencapaian KKM hingga 79,05.
DAFTAR
PUSTAKA
Arikunto,
S.2003. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek . edisi Revisi V .Jakarta:Rineka
Cipta.
Aunurrahman..
2009. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Azhar
Arsyad. 2007. Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Bulkis.
2014. Penerapan Pendekatan Pembelajaran Advance Organizer Untuk
Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Dan Pemahaman Konsep Fisika Pada
Peserta Didik Kelas Viii Smp Negeri 1 Ma’rang. Jurnal Sains dan Pendidikan
Fisika. 10(3):314-323
Dahar,
R.W. 1996. Teori-Teori Belajar., Jakarta: Erlangga.
Desmita. 2010.
Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Erwin
Kurnia Wijaya. 2012. 3M Magic Memory for Muslim. Bandung: Grafindo
Media Pratama.
Fitrini,
Farida. 2016. Peningkatan Kemampuan Menulis Dengan Model Pembelajaran Advance
Organizer Pada Siswa kelas XI Bahasa SMAN 7 Mataram. Jurnal Pedagogy.
3(1): 25-31
Hamalik ,
O. 1980. Sistem Pengelolaan Kelas. Bandung : Pustaka Martiana.
Joyce, B.,
Weil, M., Calhoun, E.. 2009. Model-Model Pengajaran (edisi
ke-8, cetakan ke-1). diterjemahkan oleh Achmad Fuwaid
dan Ateila Mirza.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Luritawaty,
Irene.P. 2015. Model Advance Organizer dalam Pembelajaran Matematika untuk
Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa. Jurnal
PendidikanMatematika. 5(1):13-19
Lin, H.,
Kidwai, K., Swain, J., Ausman, B., Dwyer, F. 2005. The Effect of Verbal Advance
Organizers in Complementing Animated Instruction. Journal of Visual
Literacy. Vol. 25 (2): 237-248.
Namira,
Zara. B. 2014. Keefektifan Strategi Metakognitif Berbantu Advance Organizer
Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa. Jurnal inovasi Pendidikan
Kimia. 8(1): 1271-1280
Pratitis,
Ilam. 2014. Penerapan Model pembelajaran Advance Organizer Bervisi SETS
Terhadap Peningkatan Penugasan Konsep Kimia. Jurnal Inovasi Pendidikan kimia.
8(2): 1370-1379
Rahayu,
Sri. 2010. Pengembangan Model pembelajaran Advance Organizer Untuk Meningkatkan
Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa. Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia.4(1):
497-505
Shihusa,
H., and Keraro, F.N. 2009. Using Advance Organizers to Enhance Students’
Motivation in Learning Biology. Eurasia Journal of Mathematics, Science
& Technology Education. Vol. 5 (4): 413-420.
Sinulingga.
2012. Pengaruh Model Pembelajaran Advance Organizer Berbasis Mind Map terhadap
Hasil Belajar Fisika Siswa Pada Materi Pokok Besaran dan Satuan di Kelas X SMA.
Jurnal Pendidikan Fisika. 1(2): 1-6
Sunarto
dan Agung Hartono. 2008. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta:
Rineka Cipta
Tasiwan.
2014. Analisis Tingkat Motivasi Siswa Dalam Pembelajaran IPA Model Advance
Organizer berbasis Proyek. Jurnal Pendidikan IPA Indonesia.3(1):43-50
Maaf ka, ddalam buku ini ada menjelaskan tentang model advance organizer kah?
BalasHapusDi dalam buku membahas model advance organizer apa tidak kak?
BalasHapusAda
BalasHapusreview yang bagus sangat membantu, sukses selalu
BalasHapus