Kamis, 15 Desember 2016

[REVIEW] MODEL PEMBELAJARAN ADVANCE ORGANIZER

selamat malam bapak ibu kakak guru, malam ini mau ngepost barang yang bermanfaat (ceileh) lah lah .. ini aku bakal mereview model pembelajaran dari buku "models of teaching" dari Bruce R. Joyce and Marsha Weil.. ini penampakan bukunyaa..

ANALISIS
ADVANCE ORGANIZER


Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kapita Selekta



Disusun oleh:
Nyna Adhitama          S831602021




PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN SAINS
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
2016

1.      TEORI BELAJAR
1.1  Teori Belajar dan Pembelajaran
Dalam psikologi dan pendidikan , pembelajaran secara umum didefinisikan sebagai suatu proses yang menyatukan kognitif, emosional, dan lingkungan pengaruh dan pengalaman untuk memperoleh, meningkatkan, atau membuat perubahan pengetahuan satu, keterampilan, nilai, dan pandangan dunia (Ormorod, 1995).
Ada tiga kategori utama atau kerangka filosofis mengenai teori-teori belajar, yaitu: teori belajar behaviorisme,  teori belajar kognitivisme, dan  teori belajar konstruktivisme.  Teori belajar behaviorisme hanya berfokus pada aspek objektif diamati pembelajaran. Teori kognitif melihat melampaui perilaku untuk menjelaskan pembelajaran berbasis otak. Dan pandangan konstruktivisme belajar sebagai sebuah proses di mana pelajar aktif membangun atau membangun ide-ide baru atau konsep.
a.       Teori belajar Behaviorisme
Teori behavioristik adalah sebuah teori yang dicetuskan oleh Gage dan Berliner tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Teori ini lalu berkembang menjadi aliran psikologi belajar yang berpengaruh terhadap arah pengembangan teori dan praktik pendidikan dan pembelajaran yang dikenal sebagai aliran behavioristik. Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar.
Teori behavioristik dengan model hubungan stimulus-responnya, mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode pelatihan atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan penguatan dan akan menghilang bila dikenai hukuman.
b.      Teori  Belajar kognitivisme
Teori belajar kognitif mulai berkembang pada abad terakhir sebagai protes terhadap teori perilaku yang yang telah berkembang sebelumnya. Model kognitif ini memiliki perspektif bahwa para peserta didik memproses infromasi dan pelajaran melalui upayanya mengorganisir, menyimpan, dan kemudian menemukan hubungan antara pengetahuan yang baru dengan pengetahuan yang telah ada. Model ini menekankan pada bagaimana informasi diproses. Peneliti yang mengembangkan teori kognitif  ini adalah Ausubel, Bruner, dan Gagne. Dari ketiga peneliti ini, masing-masing memiliki penekanan yang berbeda. Ausubel menekankan pada apsek pengelolaan (organizer) yang memiliki pengaruh utama terhadap belajar. Bruner bekerja pada pengelompokkan atau penyediaan bentuk konsep sebagai suatu jawaban atas bagaimana peserta didik memperoleh informasi dari lingkungan.
c.       Teori Belajar Konstruktivisme
Kontruksi berarti bersifat membangun, dalam konteks filsafat pendidikan dapat diartikan Konstruktivisme adalah suatu upaya membangun tata susunan hidup yang berbudaya modern. Konstruktivisme merupakan landasan berfikir (filosofi) pembelajaran konstektual yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas.

1.2  Model Advance Organizer
Belajar sebagai suatu proses berfokus pada apa yang terjadi ketika belajar berlangsung. Istilah teori belajar dan teori pembelajaran merupakan suatu istilah yang memiliki keterkaitan yang sangat erat dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain dalam proses pembelajaran. Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematika mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu. Dapat pula dikatakan bahwa model pembelajaran adalah suatu pendekatan yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran.
David Ausubel adalah seorang teoretikus pendidikan yang luar biasa. Pertama, dia secara langsung membahasakan tujuan materi pembelajaran. Kedua, dia menganjurkan peningkatan metode-metode pengajaran presentasional (ceramah dan membaca) pada saat para teoretikus pendidikan lain dan kritikus sosial tengah menentang keabsahan metode-metode ini dan penemuan-penemuan yang mengkritik kepasifan pembelajar ekspositori.
Teori Ausubel tentang pembelajaran verbal berhubungan dengan tiga hal yaitu:
1.      Bagaimana pengetahuan (materi kurikulum) dikelola
2.      Bagaimana pikiran bekerja dalam memproses informasi baru (pembelajaran)
3.      Bagaimana guru dapat mengaplikasikan gagasan-gagasan ini pada kurikulum dan pembelajaran ketika mereka mempresentasikan materi baru pada siswa (pengajaran/ instruksional)

1.3  Tujuan dan Asumsi
Perhatian utama Ausubel adalah membantu guru dalam mengelola dan mentransfer beragam informasi sebermanfaat dan seefisien mungkin. Advance Organizer menyediakan konsep-konsep dan prinsip-prinsip kepada siswa secara langsung. Model itu adalah model Advance Organizer, yang bertujuan untuk mengembangkan kemampuan memproses informasi yang efisien untuk menyerap dan menghubungkan satuan ilmu pengetahuan secara bermakna.
Pendirian Ausubel fokus dalam situasi-situasi dimana guru berperan sebagai pengelola materi pelajaran dan menyajikan informasi melalui ceramah, membaca, dan penyediaan tugas pada pembelajar dalam memadukan apa yang telah dipelajari. Dalam pendekatanyya, guru bertanggung jawab dalam mengelola dan mempresentasikan apa yang akan dipelajari. Sedangkan peran utama pembelajar adalah menguasai gagasan dan informasi.
Model pembelajaran Advance Organizer adalah suatu Pendekatan Kontruktivis didasarkan pada prinsip mengorientasikan siswa kepada materi sebelum dibaca atau presentasi kelas, yang digunakan untuk memperbaiki kinerja siswa yang memiliki pemahaman rendah. Model ini dirancang untuk memperkuat struktur kognitif siswa, pengetahuan mereka tentang pelajaran tertentu dan bagaimana mengelola, memperjelas, dan memelihara pengetahuan tersebut dengan baik. Struktur kognitif yang ada di dalam diri seseorang merupakan faktor utama yang menentukan apakah materi baru akan bermanfaat atau tidak dan bagaimana pengetahuan yang baru ini dapat diperoleh dan dipertahankan dengan baik. Sebelum penyajian materi baru, kita harus meningkatkan stabilitas dan kejelasan struktur siswa kita. Ini dapat dilakukan dengan memberikan konsep-konsep yang dapat menentukan informasi untuk dipresentasikan. Organizer berisi gagasan-gagasan yang dapat dihubungkan dengan karakteristik-karakteristik tertentu dari objek-objek seni yang dilihat. Guru perlu menyediakan intellectual scaffolding (perancah intelektual) pada siswa untuk menyusun gagasan-gagasan dan fakta-fakta  yang mereka temui selama pembelajaran.
Adapun dalam advance organizer, motiva­si dibangkitkan melalui keaktifan siswa dalam mengkonstruksi pengetahuan dengan membawa mereka agar merespon pengajaran secara pro­duktif sehingga mencapai metalevel disiplin dan metakognisi. Proses ini dicapai dengan menga­wali pengajaran melalui dunia persepsi mereka dan membimbing mereka untuk merangsang dan memperkuat struktur-struktur yang telah dimili­ki melalui pengamatan benda-benda, tampilan gambar/video, peta konsep, alat – alat, susunan kata - kata, suara dan sebagainya (Namira 2014; Daniel, 2005; Oloyede, 2011; Pang­gabean dan Suyanti, 2012; Willerman dan Mc Harg, 1992). Dengan demikian, dalam kognitif siswa tersedia kerangka konseptual untuk mate­ri belajar baru dan konsep – konsep yang rele­van dalam struktur kognitif siswa menjadi aktif. Konsep baru yang bersifat abstrak akan menjadi pengait pada ide – ide baru (ideational scaffolding), sehingga terbentuk jembatan kognitif antara kon­sep yang dimiliki dalam kognitif dengan materi yang dipelajari.
Pengertian model pembelajaran Advance Organizer adalah suatu model pembelajaran yang disusun untuk memberikan arah dalam menyusun suatu materi pembelajaran, dimana siswa dibantu oleh guru untuk memperoleh informasi, ide, keterampilan, nilai dan cara berpikir yang pada prinsipnya siswa dapat melihat kebermaknaan materi yang akan dipelajari dan menghubungkannya dengan materi yang sudah dipelajari. Dalam kegiatannya siswa dapat menjelaskan kembali materi tersebut. Model pembelajaran Advance Organizer merupakan suatu cara belajar untuk memperoleh pengetahuan baru yang dikaitkan dengan pengetahuan yang telah ada pada pembelajaran, yang artinya setiap pengetahuan mempunyai struktur konsep tertentu yang membentuk kerangka dari sistem pemrosesan informasi yang dikembangkan dalam pengetahuan (ilmu) itu.
Ausubel menolak gagasan bahwa pembelajaran dengan mendengarkan, menonton, dan membaca hanyalah pembelajaran hafalan, pasif dan tidak penting. Tentunya, hal ini bisa terjadi kecuali jika pikiran siswa sudah disiapkan untuk menerima dan memproses informasi. Metode-metode pengajaran yang dilaksanakan dengan kurang baik dapat menggiring pada pembelajaran hafalan. Hal yang sama berlaku pada pembelajaran ekspositori. Jika diterapkan dengan baik, pembelajaran ini pada akhirnya juga akan mengembangkan kemampuan siswa untuk lebih aktif dalam memproses informasi.
Untuk itu, berguna tidaknya materi lebih tegrantung pada persiapan pembelajar dan pengolahan materi dari pada sekedar menerapkan metode presentasi saja. Jika pembelajar mengewalinya dengan persiapan yang tepat, dan jika materi dikelola dengan solid, pembelajaran yang bermanfaat pun pada akhirnya akan muncul.

1.4  Mengolah Informasi
Menurut Ausubel, ada keparalelan antara cara mata pelajaran diolah dan cara orang mengolah informasi dalam pikiran mereka (struktur-struktur kognitif mereka). Dia berpandangan bahwa setiap disiplin akademik memiliki strktur konsep (dan/rancangan) yang dikelola secara hirarkis.
Seperti Jerome Bruner, Ausubel percaya konsep-konsep structural setiap disiplin dapat diajarkan pada siswa yang bagi mereka, hal ini akan menjadi system memproses informasi-semua konsep tersebut menjadi peta intelektual yang dapat digunakan oleh siswa untuk menganalisis ranah-ranah tertentu dan memecahkan masalah-masalah dalam ranah-ranah tersebut.





                                                              

                                                 
Keterangan :     struktur kognitif yang sudah ada
                         konsep-konsep yang secara potensial cukup penting
                         tidak relevan dengan struktur yang ada
Sumber : Didasarkan pada Clinton Bouten, Getting It All Together, (San Rafael, California: Leswing Press, 1972)
            Pada gambar tersebut menunjukkan hirarki struktur kognitif siswa. Konsep-konsep dalam lingkaran hitam merupakan konsep yang paling inklusif. Konsep ini telah dipelajari dan ada dalam struktur kognitif yang bersifat hipotetis. Konsep-konsep dalam lingkaran abu-abu secara potensial berguna karena konsep-konsep tersebut dapat dihubungkan dengan konsep yang telah ada. Sedangkan konsep-konsep dalam lingkaran putih kurang begitu penting karena jangkar-jangkar yang cocok untuk kosep ini masih tidak dalam struktur kognitif. Saat system memproses informasi ini memperoleh informasi dan gagasan baru, ia akan mengolah kembali dirinya sendiri untuk mengakomodir gagasan.
            Ausubel menegaskan bahwa gagasan-gagasan baru dapat dipelajari dan di pertahankan secara fungsional hanya pada jangkauan bahwa gagasan tersebut dapat dihubungkan dengn konsep-konsep dan rancangan-rancangan yang sudah ada yang menyediakan jangkar-jangkar ideasional. Jika materi baru terlalu berlawanan dengan struktur kognitif yang sudah ada atau tidak berhubungan sama sekali dengan konsepsi apapun, pembelajar harus aktif merenungkan materi, berpikir melalui koneksi-koneksi ini, menyatukan perbedaan atau ketidak sesuaian, dan mencatat kesamaan-kesamaan dengan informasi.

1.5  Implikasinya pada Kurikulum
Penggunaan dua prinsip yang saling berhubungan satu sama lain, yaitu:
  1. Diferensiasi progresif untuk menuntun pengelolaan materi dalam bidang-bidang mata pelajaran sehingga konsep-konsep tentang materi tersebut dapat menjadi bagian yang stabil dalam struktur kognitif siswa. Di dalam belajar bermakna perlu adanya pengembangan dan elaborasi konsep-konsep. Caranya unsur yang paling umum dan inklusif diperkenalkan lebih dahulu kemudian baru yang lebih mendetail, berarti proses pmbelajaran dari umum ke khusus.
  2. Rekonsiliasi integrative untuk menggambarkan peran intelektual siswa. Pada suatu saat siswa kemungkinan akan menghadapi kenyataan bahwa dua atau lebih nama konsep digunakan untuk menyatakan konsep yang sama atau bila nama yang sama diterapkan pada lebih satu konsep. Untuk mengatasi pertentangan kognitif itu, ausubel juga mengajukan konsep pembelajaran penyesuaian integrative. Caranya, materi pelajaran disusun sedemikian rupa, sehingga guru dapat menggunakan hirarki-hirarki konseptual ke atas dan ke bawah selama informasi disajikan. Penyajian kerangka konsep yang umum dan menyeluruh untuk kemudian dilanjutkan dengan penyajian informasi yang lebih spesifik dan gambaran konsep atau preposisi yang utama harus dikemukakan secara jelas dan hati-hati sehingga siswa mau melakukan eksplorasi baik berupa tanggapan maupun mengajukan contoh-contoh. Mulai memasuki kegiatan penyajian materi diterapkan beberapa kali dalam konteks yang berbeda agar siswa dapat memperluas wawasan.
Pendekatan penyediaan gagasan-gagasan penting ini tampa bertentangan dengan model-model penelitian induktif, penemuan konsep, dan penelitian ilmiah, tetapi ada kesamaan besar dalam hal bahwa pengembangan konsep merupakan hal utama dan siswa harus dilibatkan secara aktif dalam menghubungkan konsep-konsep dan informasi. Selain itu, dalam kurikulum, guru bisa saja bergantian menerpakan antara konstruksi gagasan dengan presentasi gagasan.
1.6  Implikasinya pada Pengajaran
Model advance organizer dapat memperkuat struktur kognitif dan meningkatkan penympanan informasi baru. Ausubel mendeskripsikan advance organizer sebagai materi pengenalan yang disajikan pertama kali dalam tugas pembelajaran dan dalam tingkat abstraksi dan inklusivitas yang tinggi dari pada tugas pembelajaran itu sendiri, tujuannya adalah menjelaskan, mengintegrasikan, dan menghubungkan materi baru dalam tugas pembelajaran dengan materi yang telah dipelajari sebelumnya.
Bentuk-bentuk model pembelajaran advance organizer yaitu:
  1. Ekspository Advance Organizer, dirancang jika akan menjelaskan suatu gagasan umum yang memiliki beberapa bagian yang saling berhubungan. Bentuk ini bertujuan untuk membantu memperluas pemahaman konsep bagi siswa. Contoh: jika kita ingin menjelaskan tentang fungsi suatu jaringan tumbuhan, terlebih dahulu dijelaskan tentang struktur jaringan tumbuhan.
  2. Comparatif Advance Organizer, dirancang untuk mengintegrasikan konsep baru dengan konsep lama yang telah siswa miliki dalam struktur kognitifnya. Bentuk ini bertujuan mempertajam dan memperluas pemahaman konsep. Contoh: konsep kultur jaringan berhubungan dengan jaringan tumbuhan, untuk itu jika kita ingin menjelaskan kultur jaringan, melalui pemahaman terhadap perbandingan antara pemahaman konsep struktur dan fungsi jaringan (konsep lama) dengan konsep kultur jaringan (konsep baru) maka siswa akan mengintegrasikan konsep baru tersebut.
Tujuan model pembelajaran Advance Organizer adalah
a.       Memperkuat struktur kognitif siswa
b.      Menambah daya ingat (retensi) siswa terhadap informasi yang bersifat baru.
c.       Memperkuat proses asimilasi informasi dan ide secara bermakna pada siswa.
d.      Mengkonstruksi berfikir akurat siswa.

1.7  Model Advance Organizer
Model pengajaran yang dikembangkan disini didasarkan pada gagasan Ausubel tentang materi pelajaran, strutur kognitif, pembelajaran resepsi aktif, dan advance organizer handal. Model pembelajaran Advanced Organizer adalah model pembelajaran yang lebih mengutamakan stuktur kognitif siswa, yang oleh Ausubel diberi arti pengetahuan seseorang tentang bidang ilmu tertentu, pada waktu tertentu, dan sejauh mana pengorganisasiannya, kejelasan dan kemantapannya. Ausubel berpendapat bahwa struktur kognitif yang dikuasai seseorang merupakan faktor yang sangat menentukan, apakah materi- materi baru akan bermakna. Sebelum kita dapat menyuguhkan materi baru dengan berhasil, kita harus meningkatkan stuktur kognitif siswa.

Kelebihan dan kekurangan advance organizer:
a.       Kelebihan pendekatan advance organizer dalam pengajaran:
-          Siswa dapat berinteraksi dengan memecahkam masalah untuk menemukan konsep-konsep yang dikembangkan
-          Dapat membangkitkan perolehan materi akademik dan ketrampilan social siswa
-          Dapat mendorong siswa untuk mengetahui jawaban pertanyaan yang diberikan (siswa semakin aktif)
-          Dapat melatih siswa meningkatkan ketrampilan siswa melalui diskusi kelompok
-          Meningkatkan ketrampilan berfikir siswa baik secara individu maupun kelompok
-          Menambah kompetensi siswa dalam kelas
b.      Kekurangan advance organizer dalam proses pengajaran:
-          Dibutuhkan kontrol yang intensif dari guru, sehingga bila siswa terlalu banyak, proses pembelajaran kurang efektif.



2.      SINTAKS
Model advance organizer memiliki tiga tahap kegiatan. Tahap pertama adalah presentasi advance organizer, tahap kedua adalah presentasi tugas pembelajaran atau materi pembelajaran, dan tahap ketiga adalah penguatan pengolahan kognitif. Tahap terakhir ini menguji hubungan materi pembelajaran dengan gagasan-gagasan yang ada untuk menghasilkan proses pembelajaran aktif.

Tahap Pertama:
Presentasi Advance Organizer
Tahap Kedua:
Presentasi Tugas atau Materi Pembelajaran
-          Mengklarifikasi tujuan-tujuan pelajaran
-          Menyajikan organizer
-          Mengidentifikasi karakteristik-karakteristik yang konklusif
-          Memberi contoh-contoh
-          Menyajikan konteks
-          Mengulang
-          Mendorong kesadaran pengetahuan dan pengalaman siswa
-          Menyajikan materi
-          Mempertahankan perhatian
-          Memperjelas pengolahan
-          Memperjelas aturan materi pembelajaran yang masuk akal
Tahap ketiga :
Mempertkuat Pengolahan Kognitif
-          Menggunakan prinsip-prinsip rekonsilasi integrative
-          Menganjurkan pembelajaran resepsi aktif
-          Membangkitkan pendekatan kritis pada mata pelajaran
-          Mengklarifikasi

Aktivitas-aktivitas dirancang untuk meningkatkan kejelasan dan kemantapan materi pembelajaran yang baru sehingga gagasan-gagasan yang hilang tidak terlalu banyak hanya karena disebabkan ketidakjelasan satu sama lain. Siswa seharusnya membedah materi tersebut saat mereka menerimanya dengan menghubungkan materi pembelajaran baru dengan pengalaman personal, struktur kognitif, dan sikap kritis pada pengetahuan.
Tahap pertama terdiri dari tiga aktivitas: mengklarifikasi tujuan-tujuan pembelajaran adalah salah satu cara untuk memperolah perhatian siswa dan mengarahkan mereka pada tujuan-tujuan pembelajaran, keduanya penting untuk memfasislitasi pembelajaran yang bermakna. menyajikan advance organizer, dan mendorong kesadaran pengetahuan yang relevan.
Setelah presentasi organizer dalam tahap pertama, materi pembelajaran dipresentasikan dalam tahap kedua dalam bentuk ceramah, diskusi, film, eksperimentasi, atau membaca. Selama presentasi, pengolahan materi pembelajaran perlu dibuat dengan jelas pada siswa sehingga mereka memiliki seluruh indera petunjuk dan dapat melihat urutan logis dari materi tersebut dan bagaimana pengolahan tadi berhubungan dengan advance organizer.
Berikut adalah penyajian langkah-langkah yang dapat dikembangkan dalam fase kedua:
a)      Guru merumuskan dengan teliti pengalaman belajar yang direncanakan dan bersifat terbuka untuk memperoleh hasil yang potensial
b)      Guru berusaha menyajikan introduksi pengalaman yang bersifat menantang dan memotivasi
c)      Siswa dapat bekerja secara individual, tetapi lebih sering bekerja dalam kelompok-kelompok kecil atau sebagai suatu kelompok secara menyeluruh didalam belajar berdasarkan pengalaman
d)     Para siswa ditempatkan dalam situasi-situasi pemecahan masalah yang nyata yang bertentangan dengan situasi pengganti
e)      Para siswa secara aktif berperan serta dalam pembentukan pengalamn baru dan membuat keputusan sendiri serta memikul konsekuensi atas keputusan-keputusan tersebut
f)       Kelas mengadakan diskusi kelas yang dihadiri oleh semua siswa dengan tujuan memperluas belajar dan pemahaman terhadap bermacam hal yang telah dialami, pertemuan ini dipimpin oleh guru yang terdiri dari empat bagian yaitu:
-          Review rincian suatu peristiwa atau kejadian, seorang siswa tertentu menyampaikan secara lisan kejadian tersebut berdasarkan pengamatan atau pengalamannya
-          Analisis aspek-aspek kejadian atau peristiwa. Guru harus membantu siswa mengidentifikasi masalah pokok yang berkaitan dengan kejadian tersebut
-          Formulasikan prinsip-prinsip dan premis-premis nilai yang dikaitkan dengan kejadian itu
-          Integrasikan informasi baru ke dalam kerangka belajar siswa. Guru menghubungkan informasi baru itu dengan pengetahuan yang dimiliki oleh siswa.
Langkah terakhir ini merupakan ciri khas dari strategi pengajaran ini dimana pembahasan pengalaman belajar dilakukan dengan cara menandai dan merumuskan hal-hal yang terjadi dan menyebarkan penemuan-penemuan kepada semua siswa. Hal
inilah yang membedakan dari belajar mengalami (experiental learning) yang berpusat pada pengalaman belajar yang diarahkan oleh siswa (student-directed learning experiences)(Sinulingga, 2012).
Tujuan dalam tahap ketiga adalah melabuhkan materi pembelajaran baru kedalam struktur kognitif siswa yang sudah ada yakni memperkuat pengolahan kognitif siswa. Dalam arus pengajaran yang alamiah, beberapa prosedur ini bisa dimasukkan ke dalam tahap kedua, namun kita ingin menekankan bahwa menggarap kembali materi baru merupakan tugas pengajaran yang terpisah, dengan perangkat aktivitas dan keterampilannya. Ausubel mengidentifikasi empat aktivitas :1) mengembangkan pendamaian integrative, 2) mengembangkan pembelajaran resepsi aktif, 3) memunculkan pendekatan kritis pada mata pelajaran, dan 4) mengklarifikasi.
1)      Menggunakan prinsip-prinsip rekonsiliasi intergratif
Aktifitas ini mempertemukan materi belajar yang baru dengan kognitif siswa dan dapat dikembangkan guru melalui:
-          Mengingatkan siswa tentang gambaran menyeluruh gagasan/ ide
-          Menanyakan ringkasan dari atribut materi pelajaran yang baru
-          Mengulangi definisi secara tepat
-          Menanyakan perbedaan aspek-aspek yang ada dalam materi
-          - Menanyakan bagaimana materi pelajaran mendukung konsep
-          atau preposisi yang baru digunakan
2)      Meningkatkan kegiatan belajar (belajar menerima)
Dapat dilakukan dengan cara:
-          Siswa menggambarkan materi baru dengan menghubungkannya melalui salah satu aspek pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya.
-          Siswa memberi contoh-contoh terhadap konsep yang berhubungan dengan materi
-          Siswa menceritakan kembali dengan menggunakan kerangka referensi yang telah dimiliki
-          Siswa menghubungkan materi dengan pengalaman atau pengetahuan yang dimilikinya
3)      Meningkatkan pendekatan kritis tentang bahasan pokok
-          Dilakukan dengan menanyakan kepada siswa tentang asumsi atau pendapatnya yang berhubungan dengan materi pelajaran.
-          Guru memberikan pertimbangan dan tentangan terhadap pendapat tersebut dan menyatukan kontradiksi apabila terjadi silang pendapat
4)      Mengklarifikasikan
Guru dapat melakukan klarifikasi dengan cara memberi tambahan informsi baru atas mengaplikasikan gagasan ke dalam situasi baru atau contoh lain.
Ada beberapa cara untuk memfasilitasi pendamaian materi baru dengan struktur kognitif siswa. Guru dapat:
1.      Mengingatkan siswa tentang gagasan-gagasan.
2.      Meminta ringkasan tentang sifat-sifat penting materi pembelajaran
3.      Mengulang definisi-definisi yang tepat
4.      Meminta perbedaan-perbedaan diantara aspek-aspek materi
5.      Meminta siswa mendeskripsikan bagaimana materi pembelajaran mendukung konsep dan rancangan yang digunakan sebagai organizer.
Selain itu juga dalam proses pembelajaran Advance Organizer terdapat beberapa aspek yang mendukung strategi dalam penerapannya, yaitu:
1.      Mengaktifkan siswa
Kegiatan pembelajaran Advance Organizer harus memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan kegiatan, dan guru sebagai fasilitatornya. Artinya, selama proses pembelajaran, guru berfungsi sebagai penyedia atau pembimbing untuk mempermudah kegiatan pembelajaran. Dengan begitu suatu materi yang dipelajari siswa bukan sesuatu yang dicekcokkan, tetapi sesuatu yang dicari, dipahami, kemudian dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari.
2.      Memvariasi pengelolaan kelas
Untuk menciptakan proses pembelajaran di kelas dengan siswa yang aktif, asyik dan senang, serta hasilnya memuaskan, guru harus menciptakan variasi dalam pengelolaan kelas.
3.      Melayani perbedaan individu
Seorang guru harus dapat melayani siswa-siswanya sesuai dengan tingkat kecepatan mereka masing-masing. Bagi siswa-siswa yang lamban, guru memberikan remediasi dan siswa-siswa yang sangat pandai guru memberikan materi pengayaan.
4.      Meningkatkan interaksi belajar
Kalau selama ini proses pembelajaran hanya searah, yakni dari guru ke siswanya, sehingga guru selalu mendominasi proses pembelajaran, akibatnya suasana belajar menjadi kaku, monoton dan membosankan. Untuk itu, perlu diupayakan suasana belajar yang lebih hidup, yaitu dengan cara menumbuhkan interaksi antar siswa melalui kegiatan diskusi, tanya jawab, bermain peran, game dan sejenisnya.
Adapun Tahapan-tahapan dalam pembelajaran Advance Organizer yang lebih sistematis adalah sebagai berikut, Pola pembelajaran Advance Organizer meliputi beberapa tahap, yang mana tahapan-tahapan tersebut merupakan aspek-aspek yang harus ada dalam pembelajaran Advance Organizer yaitu:
Fase
Tingkahlaku Guru
Fase-1
Menyampaikan tujuan dan
memotivasi siswa
(orientasi peserta didik).
Pada fase ini guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin di capai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa terlibat dalam aktifitas belajar (mengajukan masalah dan pemecahan masalah), menjelaskan logistik yang diperlukan,
Fase-2
Menyajikan Informasi
bahan pokok pelajaran
Pada fase ini guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan.
Fase – 3
Mengorganisasikan siswa
ke dalam kelompokkelompok
belajar
Pada fase ini guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan kemudian membaginya kedalam kelompok belajar serta membantu setiap kelompok peserta didik untuk mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut agar dapat dilakukan secara efisien.
Fase-4
Membimbing kelompok
kerja dan belajar
Pada fase ini guru membimbing kelompok-kelompok belajar untuk mendorong peserta didik mengumpulkan informasi yang sesuai dengan tugas mereka, melakukan penyelidikan untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.
Fase-5
Mengembangkan dan
menyajikan hasil karya
Pada fase ini guru membantu peserta didik dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti: laporan, video serta membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya,
Kemudian masing-masing kelompok
mempresentasikan hasil kerjanya.

Fase-6
Menganalisis dan
mengevalusi hasil belajar
Pada tahap ini guru membantu peserta didik untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka lalui serta guru mengevalusi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari.
Fase-7
Memberikan penghargaan
Pada tahap ini guru mencari cara-cara untuk memberikan penghargaan pada tiap usaha/ upaya yang dikerjakan oleh setiap individu atau kelompok (hasil belajar individu dan kelompok yang dicapai).





3.      SISTEM SOSIAL
Adapun sistem sosial pada suatu model pembelajaran adalah interaksi yang terjadi antara para pelaku pembelajaran. seperti pembelajaran yang berpusat pada siswa (student-centered), dimana guru berperan sebagai fasilitator dan moderator. Sebagai fasilitator, guru menyediakan sumber belajar, mendorong siswa untuk belajar dengan melibatkan indera dan intelektual, memberikan bantuan kepada siswa agar dapat belajar dan mengkonstruksi pengetahuan secara optimal, serta memberikan umpan balik atas apa yang telah dipelajari. Sebagai moderator, guru menciptakan suatu kondisi dimana siswa bisa berargumentasi dan bekerjasama dalam pembelajaran, misalnya melalui diskusi kelompok.
Berbeda dengan pembelajaran langsung atau pembelajaran lain, pembelajaran Advance Organizer memberikan lingkungan belajar dan system management yang terbuka, demokratis dan peranan siswa yang aktif, meskipun guru dan siswa melakukan tahapan berstruktur, namun dalam pembelajaran Advance Organizer menghendaki inkuiri terbuka, menekankan peranan sentral siswa dan bukan guru yag ditekankan (Fitrini, 2016).
Pada model pembelajaran Advance Organizer guru memegang kontrol terhadap struktur pembelajaran. Hal ini diperlukan dalam upaya menghubungkan materi pembelajaran dengan Advance Organizer dan membantu siswa untuk membedakan antara materi baru dengan materi terdahulu. Keberhasilan penguasaan materi ini bergantung pada kekritisan dan keinginan siswa untuk memadukan atau mengintegrasikan materi serta bagaimana guru menyajikan Advance Organizer. Sistem sosial ini terlihat sangat mencolok dalam tahap ketiga dengan situasi belajar yang lebih ideal karena lebih bersifat interaktif dengan banyaknya siswa yang berinisiatif untuk bertanya.
Peran guru dalam model ini adalah mempertahankan kontrol struktur intektual
siswa, karena ini perlu untuk menghubungkan secara kontinu materi ajar dengan pemandu dan membantu siswa membedakan materi baru dengan materi yang dipelajari sebelumnya. Pada fase tiga, situasi belajar secara ideal jauh lebih interaktif, siswa menyampaikan banyak pertanyaan dan komentar. Keberhasilan menguasai materi akan tergantung pada keinginan pebelajar untuk memadukannya dengan pengetahuan sebelumnya, pada pembelajarnya (guru atau staf pengajar) yang kritis dan pada penyajian dan organisasi materi pembelajar.
            Sikap merupakan satu faktor yang berperan dalam menentukan kualitas proses pembelajaran yang dikelola oleh guru. Hal ini mengidentifikasikan bahwa semakin terbukanya kemungkinan tumbuh dan berkembangnya sikap positif siswa dalam pembelajaran menunjukkan bahwa proses pembelajaran yang dikelola guru semakin baik. Sehubungan dengan itu, maka guru sebagai fasilitator berperan sebagai pembantu dalam pengelaman belajar, membantu perubahan lingkungan serta membantu terjadinya proses belajar yang serasi dengan kebutuhan dan keinginan. Model advance organizer merupakan seperangkat materi pelajaran yang berfungsi menjelaskan, mengintegrasikan, dan mengaitkan pengetahuan yang sedang dipelajari dengan pengetahuan siswa dan bertujuan untuk memperkuat struktur kognitif yang dimiliki siswa untuk memahami materi yang disajikan.
Memperhatikan fungsi dan tujuan penerapan model pembelajaran advance organizer yaitu memperisapkan siswa menerima materi baru, maka siswa akan lebih mudah menerima atau memahami materi yang akan disampaikan guru. Dengan adanya kemudahan ini akan mendorong siswa untuk mandiri serta mengurangi kegagalan yang dapat memicu sikap siswa yang kurang positif.


4.      PRINSIP REAKSI
Respon yang diminta dan tidak diminta pembelajar pada reaksi pebelajarakan dibimbing dengan tujuan untuk mengklarifikasi makna dari materi belajar baru, membedakannya dari pengetahuan yang ada dan menerimanya dengan pengetahuan yang ada, membuatnya secara pribadi relevan dengan pebelajar, dan membantu untuk mempromosikan pendekatan kritis terhadap pengetahuan. Secara ideal, pembelajar akan mengajukan pertanyaannya sendiri dalam merespon terhadap langkah-langkahnya sendiri untuk arti.
Pinsip reaksi menceritakan bagaimana guru menyikapi siswa dan bagaimana siswa merespon tugas yang diberikan guru. Guru menyediakan sumber-sumber belajar, mendorong siswa untuk belajar, membimbing dan memberikan bantuan bagi siswa serta memberi kesempatan kepada siswa untuk menemukan sendiri konsep-konsep yang terkait dengan materi yang sedang dibahas bersama anggota kelompoknya.
Motivasi merupakan faktor psikologis penting dalam proses pembelajaran. Motivasi dibangkitkan melalui situasi stimulus bersama ingatan untuk dapat mempengaruhi siswa sede­mikian rupa sesuai hukum – hukum mekanik se­hingga berfungsi dalam mengarahkan, mengak­tifkan dan meningkatkan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran (Shihusa dan Keraro, 2009; Solomon, 1986; Tasiwan, 2013). Tingkat motiva­si siswa dalam pembelajaran mempengaruhi per­kembangan belajar dan hasil belajar siswa. Hasil penelitian Tella (2007) melaporkan bahwa anak – anak yang memiliki motivasi tinggi dalam bela­jar, memiliki tingkat perkembangan belajar dan hasil belajar yang baik. Didukung dengan hasil penelitian Nelson (2000) mengungkapkan bahwa ada hubungan positif antara motivasi, perkem­bangan kognitif, dan perubahan konseptual.
Motivasi siswa dalam pembelajaran dapat ditingkatkan melalui berbagai model dan pende­katan. Hasil penelitian Shihusa dan Keraro (2009) melaporkan bahwa advance organizer dalam pem­belajaran memiliki pengaruh sangat baik dalam peningkatan motivasi siswa pada konsep biologi. Adapun dalam advance organizer, motiva­si dibangkitkan melalui keaktifan siswa dalam mengkonstruksi pengetahuan dengan membawa mereka agar merespon pengajaran secara pro­duktif sehingga mencapai metalevel disiplin dan metakognisi. Proses ini dicapai dengan menga­wali pengajaran melalui dunia persepsi mereka dan membimbing mereka untuk merangsang dan memperkuat struktur-struktur yang telah dimili­ki melalui pengamatan benda-benda, tampilan gambar/video, peta konsep, alat – alat, susunan kata - kata, suara dan sebagainya (Bahri dan Ap­rian, 2008; Daniel, 2005; Oloyede, 2011; Pang­gabean dan Suyanti, 2012; Willerman dan Mc Harg, 1992). Dengan demikian, dalam kognitif siswa tersedia kerangka konseptual untuk mate­ri belajar baru dan konsep – konsep yang rele­van dalam struktur kognitif siswa menjadi aktif (Tasiwan, 2014)
Pada model pembelajaran Advance Organizer guru memperlihatkan responnya terhadap reaksi siswa yang diarahkan melalui pencapaian tujuan untuk mengklasifikasikan makna materi baru, mendiferensiasikan dan menyelaraskan dengan pengetahuan yang ada, lalu secara pribadi dikaitkan dengan pengetahuan siswa untuk meningkatkan pendekatan kritis terhadap pengetahuan. Idealnya siswa akan memulai pertanyaan mereka sendiri sebagai respon terhadap informasi yang mereka peroleh.
Agar management pembelajaran Advance Organizer dapat berjalan dengan baik, penting sekali untuk merumuskan tugas-tugas, yaitu:
a.       Menangani situasi tugas-multi
Dalam hal ini, beraneka ragam tugas pembelajaran akan terjadi secara serentak, maka tugas guru adalah membimbing siswa dalam kelompok mereka. Beberapa siswa yang lain mungkin di perpustakaan atau di luar untuk melakukan penyelidikan. Untuk itu guru harus sudah mengajarkan bagaimana kerjasama dan bertingkah-laku pada saat penyelidikan.
b.      Penyesuaian terhadap kecepatan penyelesaian yang berbeda
Dalam penyelesaian tugasnya, tidak semua siswa dapat menyelesaikannya untuk waktu dan kecepatan yang sama, ada yang cepat dan ada pula yang lambat. Untuk itu guru perlu memberikan penghargaan terhadap kecepatan siswa dalam menyelesaikan tugasnya dan memberikan kebijaksanaan jika ada yang lambat dalam menyelesaikan tugas.
c.       Memantau dan mengelola kerja siswa
Karena dalam menyelesaikan tugas tidak semua siswa dapat menyelesaikannya dalam waktu yang sama, maka pemantauan dan pengelolaan kerja siswa menjadi sangat rumit. Dalam pengelolaan kerja siswa ada tiga hal yang harus diperhatikan, yaitu: 1) Persyaratan kerja untuk semua siswa harus ditetapkan dengan jelas. 2) Pekerjaan siswa harus dipantau. 3) Catatan harus dilakukan.
d.      Mengelola bahan dan peralatan
Dalam pembelajaran Advance Organizer, membutuhkan sejumlah bahan atau peralatan yang diperlukan baik pada saat penyelidikan maupun pada saat pembuatan hasil karya dan saat memamerkannya. Untuk itu perlu pengelolaan bahan dan peralatan agar kegiatan dapat berjalan lancar, tidak terhambat hanya karena tidak adanya bahan atau peralatan yang dibutuhkan.

5.      SISTEM PENDUKUNG
Sistem pendukung dari model pembelajaran adalah segala sesuatu  yang diperlukan oleh siswa untuk dapat menggali informasi yang sesuai guna mencapai tujuan pembelajaran, seperti lembar kerja siswa, media pembelajaran, dan buku penunjang.
Sarana pendukung yang diperlukan Advance Organizer adalah materi yang terorganisasi dengan baik yaitu materi yang saling berhubungan dengan materi terdahulu. Keefektifan Advance Organizer tergantung pada suatu hubungan integral yang tepat antara konsep-konsep yang diorganisasikan dan isi. Model ini memberikan petunjuk untuk mereorganisasikan materi pembelajaran.
Dalam menyajikan bahan pelajaran ada beberapa hal yang perlu dilakukan:
§  Membuat organisasi secara tegas
§  Membuat urutan bahan pelajaran secara logis dan eksplisit
§  Memelihara suasana agar penuh perhatian
§  Menyajikan bahan



6.      DAMPAK UTAMA DAN PENGIRING
Adapun dampak instruksional dan dampak sertaan pada siswa setelah mereka belajar dengan model pembelajaran Advance Organizer adalah
Text Box: Model Advance OrganizerDampak Langsung
                                                                        Text Box: - Pengetahuan Ilmiah
- Proses Penelitian dalam Pengetahuan
- Struktur Konseptual, Asimilasi Informasi
- Kemampuan untuk mengeksplorasi kognitifnya akan pemahaman konsep baru
- Ide secara bermakna
Dampak Tak Langsung
Text Box: - Minat dan Inkuiri
- Komitmen terhadap pengetahuan ilmiah
- Berfikiran Terbuka, kebiasaan berfikir akurat
- Kemampuan untuk Keseimbangan alternatifalternatif
- Spirit dan Keterampilan Kooperatif
-          Dampak instruksional
Dampak instruksional dari model ini yaitu ide/gagasan yang pernah dipelajari digunakan sebagai organizer dan dipresentasikan secara jelas seperti halnya dalam mempresentasikan materi pelajaran. Sehingga siswa mampu menggunakan struktur kognitif mereka untuk menunjang materi baru.
Untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa, salah satu langkah yang dapat digunakan oleh guru adalah memilih model pembelajaran yang tepat. Salah satu model pembelajaran yang diperkirakan baik untuk diterapkan dalam mengembangkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa adalah model pembelajaran Advance Organizer. Kemampuan pemecahan masalah dapat terbentuk dengan membuat suasana belajar bermakna. Siswa harus diarahkan untuk membangun pengetahuannya secara utuh, sehingga permasalahan matematika dapat benar-benar dipahami hingga ke penyelesaian masalah. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan mengintegrasikan pengetahuan awal yang telah dimiliki siswa dengan pengetahuan baru yang akan didapatnya melalui model pembelajaran advance organizer (Luritawaty, 2015)
Model pembelajaran advance organizer dikembangkan oleh David Ausubel pada tahun 1963. Model ini merupakan suatu cara belajar bermakna untuk memperoleh pengetahuan baru yang dikaitkan dengan pengetahuan yang telah ada pada diri siswa. Model pembelajaran advance organizer lebih mengutamakan struktur kognitif siswa. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan Ausubel dalam Joyce, Weil & Calhoun, 2000 bahwa model pembelajaran advance organizer bertujuan untuk memperkuat struktur kognitif siswa atau pengetahuan mereka tentang pelajaran tertentu dan bagaimana mengelola, memperjelas dan memelihara pengetahuan tersebut dengan baik.
Ausubel dalam Joyce (2009) pada dasarnya mendeskripsikan advance organizer sebagai materi pengenalan yang disajikan pertama kali dalam tugas pembelajaran dan dalam tingkat abstraksi dan inkluivitas ynag lebih tinggi dari pada tugas pembelajaran itu sendiri. Tujuannya adalah menjelaskan, mengintegrasi, menghubungkan materi baru dalam tugas pembelajaran dengan materi yang sudah dipelajari sebelumnya (dan juga membantu pelajar membedakan materi baru dari materi yang dipelajari sebelumnya)(Bulkhis, 2013).
Tujuan utama pendekatan pembelajaran Advance Organizer adalah member siswa informasi yang dibutuhkan untuk mempelajari pelajaran atau membantu dalam mengingat dan menerapkan pengetahuan yang ada. Pendekatan pembelajaran Advance Organizer digunakan sebagai konsep jembatan antara materi baru dan materi yang sudah dimiliki oleh peserta didik. Sebagaimana penelitian telah menunjukkan dampak positif dari implementasi advance organizer dalam pembelajaran yang dilakukan Deo dan Retno (2012) menyimpulkan bahwa dengan menerapkan pendekatan advance organizer dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan pemahaman konsep fisika lebih baik peserta didik yang menerapkan direct interction.
Ausubel berpendapat bahwa struktur kognitif yang dikuasai siswa merupakan faktor yang sangat menentukan kebermaknaan dari materi-materi baru yang didapat oleh siswa. Hal ini disebabkan struktur kognitif yang baik memungkinkan siswa memiliki kesiapan belajar, pengorganisasian materi, dan penyimpanan materi yang baik.
Ausubel (Joyce, Weil & Calhoun, 2000) meyakini bahwa siswa harus menjadi konstruktor pengetahuan yang aktif, hanya saja arah tujuannya adalah mengajarkan mereka pada metalevel disiplin dan metakognisi untuk merespon pengajaran secara produktif, dari pada mengawali pengajaran dengan dunia persepsi mereka dan membimbing mereka untuk menginduksikan strukturstruktur.

-          Dampak pengiring
Dampak model ini secara tidak langsung siswa memperoleh kemampuan untuk belajar dari membaca, dan media lain yang digunakan dalam penyajian pembelajaran. Hal ini akan membangkitkan kesadaran akan pengetahuan yang relevan dan sikap kritis dalam belajar. Dalam pandangan lain, Barnes dan Clawson (1975) menyatakan bahwa dampak advance organizer terhadap pembelajaran sangat kecil. Berdasarkan 32 hasil studi penelitian yang dikaji oleh Barnes dan Clawson, 12 hasil penelitian memperlihatkan bahwa advance organizer secara signifikan memudahkan belajar siswa, dan 20 hasil penelitian sisanya menunjukkan perbedaan yang amat kecil (tidak signifikan). Hasil ini didukung kajian yang dilakukan oleh Lin, et. al. (2005) terhadap siswa kelas 8 dan 9, yang menyatakan bahwa tidak ada pengaruh signifikan antara advance organizer dalam bentuk deskripsi verbal (verbal description) dengan kemampuan siswa dalam melengkapi instruksi pembelajaran berbasis animasi komputer.
Konsep yang dipelajari akan menjadi bagian baru dari struktur kognitif siswa dan membentuk asimilasi ide, sedangkan konsep yang tidak terpakai akan hilang ke dalam alam bawah sadar siswa. Pengaruh ini makin meluas pada motivasi, minat dalam inkuiri dan perilaku berpikir cepat sebagai dampak iringan (nurtu­rant). Temuan Oloyede (2011) terhadap 138 sis­wa SMA melaporkan bahwa advance organizer me­ningkatkan retensi pembelajaran kimia mereka, hasil ini mendukung penelitian Hamilton (1985) yang menyatakan bahwa advance organizer memi­liki efek baik dalam peningkatan retensi pembela­jaran. Temuan Rahayu (2012) menunjukkan bah­wa model advance organizer efektif meningkatkan aktivitas dan hasil belajar kimia siswa SMAN 1 Cirebon pada pokok bahasan koloid dengan pen­capaian KKM hingga 79,05.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S.2003. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek . edisi Revisi V .Jakarta:Rineka Cipta.
Aunurrahman.. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Azhar Arsyad. 2007. Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Bulkis. 2014. Penerapan Pendekatan Pembelajaran Advance Organizer Untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Dan Pemahaman Konsep Fisika Pada Peserta Didik Kelas Viii Smp Negeri 1 Ma’rang. Jurnal Sains dan Pendidikan Fisika. 10(3):314-323
Dahar, R.W. 1996. Teori-Teori Belajar., Jakarta: Erlangga.
Desmita. 2010. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Erwin Kurnia Wijaya. 2012. 3M Magic Memory for Muslim. Bandung: Grafindo Media Pratama.
Fitrini, Farida. 2016. Peningkatan Kemampuan Menulis Dengan Model Pembelajaran Advance Organizer Pada Siswa kelas XI Bahasa SMAN 7 Mataram. Jurnal Pedagogy. 3(1): 25-31
Hamalik , O. 1980. Sistem Pengelolaan Kelas. Bandung : Pustaka Martiana.
Joyce, B., Weil, M., Calhoun, E.. 2009. Model-Model Pengajaran (edisi ke-8, cetakan     ke-1). diterjemahkan oleh Achmad Fuwaid dan Ateila Mirza.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Luritawaty, Irene.P. 2015. Model Advance Organizer dalam Pembelajaran Matematika untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa. Jurnal PendidikanMatematika. 5(1):13-19
Lin, H., Kidwai, K., Swain, J., Ausman, B., Dwyer, F. 2005. The Effect of Verbal Advance Organizers in Complementing Animated Instruction. Jour­nal of Visual Literacy. Vol. 25 (2): 237-248.
Namira, Zara. B. 2014. Keefektifan Strategi Metakognitif Berbantu Advance Organizer Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa. Jurnal inovasi Pendidikan Kimia. 8(1): 1271-1280
Pratitis, Ilam. 2014. Penerapan Model pembelajaran Advance Organizer Bervisi SETS Terhadap Peningkatan Penugasan Konsep Kimia. Jurnal Inovasi Pendidikan kimia. 8(2): 1370-1379
Rahayu, Sri. 2010. Pengembangan Model pembelajaran Advance Organizer Untuk Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa. Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia.4(1): 497-505
Shihusa, H., and Keraro, F.N. 2009. Using Advance Organizers to Enhance Students’ Motivation in Learning Biology. Eurasia Journal of Mathemat­ics, Science & Technology Education. Vol. 5 (4): 413-420.
Sinulingga. 2012. Pengaruh Model Pembelajaran Advance Organizer Berbasis Mind Map terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Pada Materi Pokok Besaran dan Satuan di Kelas X SMA. Jurnal Pendidikan Fisika. 1(2): 1-6
Sunarto dan Agung Hartono. 2008. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Rineka Cipta
Tasiwan. 2014. Analisis Tingkat Motivasi Siswa Dalam Pembelajaran IPA Model Advance Organizer berbasis Proyek. Jurnal Pendidikan IPA Indonesia.3(1):43-50


4 komentar:

  1. Maaf ka, ddalam buku ini ada menjelaskan tentang model advance organizer kah?

    BalasHapus
  2. Di dalam buku membahas model advance organizer apa tidak kak?

    BalasHapus
  3. review yang bagus sangat membantu, sukses selalu

    BalasHapus